KOMPAS.com - Sejumlah warganet mengeluhkan cuaca panas dan hujan deras yang terjadi secara bergantian dalam waktu berdekatan.
Keluhan itu salah satunya diungkapkan oleh akun media sosial X @Ann****, Kamis (27/3/2025).
Menurutnya, hujan tiba-tiba turun pada sore hari setelah seharian cuaca panas. Kondisi ini juga diamini oleh sejumlah warganet lain.
"Cuaca sekarang labil banget deh nanti panas nanti hujan," kata akun lain @sa***, Kamis.
Lalu, apa penyebab perubahan cuaca secara cepat dalam beberapa hari terakhir?
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Direktorat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ida Pramuwardani membenarkan, saat ini cuaca di berbagai wilayah tak menentu.
Misalnya, cuaca suatu daerah terasa sangat panas saat pagi hingga siang hari, tetapi kemudian turun hujan deras pada sore dan malam hari.
"Berdasarkan analisis klimatologi BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia telah melewati puncak musim hujan," kata Ida saat dikonfirmasi 优游国际.com, Kamis (27/3/2025).
Menurutnya, wilayah Indonesia diperkirakan mulai mengalami transisi musim hujan ke kemarau atau dikenal sebagai masa pancaroba pada April 2025.
Baca juga: Kata BMKG soal Kapan Lebaran 2025
Wilayah yang mulai mengalami musim pancaroba yakni sebagian wilayah Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
"Periode peralihan ini menyebabkan cuaca menjadi tidak menentu, di mana terkadang turun hujan dan di lain waktu cuaca terasa sangat panas," ungkap Ida.
Dia menyatakan, perubahan cuaca yang tak menentu ini dipengaruhi perubahan pola angin dan kelembapan udara yang bervariasi sebelum musim kemarau benar-benar berlangsung.
Akibatnya, intensitas dan frekuensi hujan akan berkurang secara bertahap di sejumlah wilayah.
Meski wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau, masih ada kemungkinan hujan akan turun secara sporadis.
Karena itu, beberapa orang akan merasa daerahnya dilanda cuaca panas. Namun, hujan deras tetap bisa turun karena wilayah itu belum benar-benar masuk musim kemarau.
Baca juga: BMKG Catat 1732 Kejadian Cuaca Ekstrem Sepanjang 2025, Apa Dampaknya?