KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap dugaan penyebab fenomena hujan jeli di Desa Leyao Kecamatan Tomilito Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Sabtu (15/2/2025).
Menurut warga setempat, Ewan Saputra, hujan jeli terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut.
Awalnya, para warga sempat mengira itu adalah hujan biasa. Namun, lama kelamaan butiran jeli terlihat di permukaan tanah.
Hujan jeli itu tampak lembek dan butirannya terasa lembut seperti agar-agar.
"Ada yang sibuk mengambil wadah untuk menampung hujan jeli, sebagian warga memilih mengabadikan momen yang tidak pernah terjadi di desa tersebut," kata Ewan, dikutip dari , Minggu (16/2/2025).
Fenomena hujan jeli dilaporkan terjadi selama 30 menit ketika intensitas hujan turun cukup deras.
Lantas, apa penyebab fenomena hujan jeli?
Baca juga:
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Djalaluddin Gorontalo, Cucu Kusmayancu mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan lebih dulu.
Namun, ia menyebutkan ada tiga kemungkinan faktor penyebab fenomena hujan jeli itu terjadi.
"Ada beberapa kemungkinan penyebab fenomena hujan jeli, di antaranya proses biologis, meteorologi, dan pencemaran atau limbah," kata Cucu saat dikonfirmasi 优游国际.com, Minggu.
Cucu menerangkan, hujan jeli karena proses biologis sering kali terjadi ketika hewan laut berukuran kecil, seperti ubur-ubur atau plankton terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kendang.
Akibatnya, partikel gelatin dari organisme-organisme tersebut bisa jatuh bersama dengan hujan.
Kemungkinan berikutnya adalah fenomena meteorologi. Cucu menjelaskan, angin yang sangat kuat bisa mengangkat bahan-bahan dari permukaan laut atau kolam.
"(Bahan-bahan ini) kemudian terbawa ke atmosfer dan turun kembali sebagai hujan ketika kondisi memungkinkan," ungkapnya.
Selain itu, hujan jeli juga kemungkinan bisa disebabkan karena pencemaran air.