KOMPAS.com - Tim ilmuwan dari University of California San Francisco (UCSF), Amerika Serikat mengungkapkan bahwa mikroplastik di udara berkaitan dengan munculnya kanker.
Mereka melakukan tinjauan komprehensif terhadap sekitar 3.000 penelitian yang menyoroti bahaya partikel-partikel itu.
Tim ilmuwan menemukan, partikel mikroplastik itu berkaitan dengan risiko kanker usus besar dan paru-paru.
Selain itu, partikel tersebut juga dikaitkan dengan masalah kesehatan berupa infertilitas pada pria dan wanita.
Temuan tersebut dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology pada 18 Desember 2024.
“Mikroplastik ini pada dasarnya adalah polusi udara partikulat, dan kita tahu bahwa jenis polusi udara ini berbahaya,” ucap salah satu peneliti, Profesor Tracey J. Woodruff dikutip dari laman UCSF (18/12/2024).
Baca juga: Kantong Teh Celup Dapat Melepaskan Miliaran Mikroplastik, Ini Jenis yang Aman dan Tak Aman
Mikroplastik berukuran kurang dari 5 milimeter, jauh lebih kecil dari sebutir beras ini ada di mana-mana di lingkungan.
Setiap tahun, perusahaan di seluruh dunia memproduksi hampir 460 juta metrik ton plastik.
Kemudian jumlah tersebut diproyeksikan bakal mencapai 1,1 miliar metrik ton plastik pada tahun 2050.
Tim ilmuwan menyebutkan bahwa sumber utama plastik yang ada di udara adalah kendaraan bermotor.
Gesekan yang terjadi antara ban dan permukaan jalan akan mengikis ban dan mengirimkan serpihan-serpihan plastik ke udara.
Kemudian, partikel ini juga berasal dari pelet plastik yang sering digunakan dalam pembuatan produk plastik lanjutan lainnya.
Partikel plastik juga berasal dari berbagai produk perawatan pribadi yang sering mengandung microbeads plastik di dalamnya.
Tak hanya itu, cat dan resin juga menggunakan polimer yang sulit untuk didaur ulang. Produk itu juga dapat menyebabkan munculnya partikel plastik berukuran kecil.
Baca juga: Mikroplastik Ubah Struktur Awan yang Bisa Perburuk Perubahan Iklim
Makalah ini merupakan tinjauan sistematis pertama tentang mikroplastik menggunakan metode standar yang disetujui oleh National Academy of Sciences.