SEJAK mulai belajar berpikir, kalbu saya dihantui berbagai pertanyaan. Satu di antara sekian banyak hantu pertanyaan gentayangan tersebut adalah apa hidup ini yang di dalam bahasa Inggris disebut sebagai What is Life?
Ternyata saya tidak sendirian. Para pemikir mulai dari Aristotetes sampai Ki Ageng Suryomentaram juga berupaya menjawab pertanyaan apa hidup ini?
Termasuk penerima anugerah Nobel yang tersohor dengan eksperimen berpikir spekulatif sekaligus andaikatamologi dengan kucing yang tidak diketahui hidup sekaligus mati di dalam ruang tertutup, Erwin Schroedinger, sempat menulis buku berjudul What Is Life yang diterbitkan oleh Cambridge University Press dengan kata pengantar ditulis oleh sesama penerima anugerah Nobel sang mahamatematikawan, Sir Roger Penrose.
Buku mahakarya Schroedinger bersub-judul The Physical Aspect of the Living Cell sejak awal mengakui bahwa lensa telaah yang digunakan terbatas pada aspek fisikal yang ditulis justru untuk masyarakat awam di luar menara gading akademis.
Menarik bahwa pada bab pertama buku yang dianggap membentuk masa depan sains ini justru berpaling ke masa lalu dengan mengutip sabda abadi Rene Descrates cogito ergo sum.
Kemudian secara elegan dan virtuos, Schroedinger lincah menelusuri lorong-lorong mekanisme hereditarial, mutasi, bukti mekanikal quantum, model Delsbrueck, order, disorder, entropi, hukum fisika, determinisme serta kehendak merdeka.
Buku What is Life? mahakarya Schroedinger dinilai oleh Sir Roger Penrose sebagai satu di antara buku paling berpengaruh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan abad XX yang berlanjut sampai ke abad XXI.
Tanpa disadari oleh Schroedinger sendiri, buku yang kemudian menjadi klasik ini membidani kelahiran molekular biologi serta penemuan subsekuensal apa yang disebut sebagai DNA.
Secara terpisah abad, penerima anugerah Nobel 2001 untuk Fisiologi/Medicine, Sir Paul Nurse juga menulis buku berjudul “What is Life” dengan sub judul “Five Great Ideas in Biology” yang meliputi sel, gen, evolusi berdasar seleksi alam, kimia kehidupan serta kehidupan sebagai informasi.
Menurut Paul Nurse yang kini direktur Francis Crick Institute di London setelah berkarya sebagai presiden Universitas Rockefeller dan Royal Society di samping trustee British Museum, dalam menghadapi berbagai tantangan peradaban seperti perubahan iklim, pagebluk, kepunahan anekaragam hayati serta krisis pangan global, seyogianya umat manusia harus lebih memahami makna apa itu hidup.
Namun, sebagai insan awam sains dan pembelajar kemanusiaan, secara subyektif saya pribadi memiliki keyakinan bahwa di samping memahami makna apa itu hidup, pada hakikatnya tidak kalah penting demi menghindari istilah lebih penting adalah saya wajib memahami bagaimana cara menempuh perjalanan hidup penuh kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah dengan teguh berpegang pada pedoman moral dan akhlak tanpa merusak alam serta tanpa menyengsarakan sesama manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.