KOMPAS.com - Juru bicara pemerintah Israel mengumumkan pembubaran kabinet perang oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Senin (17/6/2024).
Pembubaran kabinet perang Israel terjadi beberapa hari setelah mantan panglima militer Benny Gantz yang juga anggota badan tersebut mengundurkan diri dari pemerintah. Ia mundur karena frustrasi terhadap pemimpin Israel dalam penanganan perang.
Diberitakan AP News, Selasa (18/6/2024), pejabat pemerintah mengatakan Netanyahu akan membentuk forum yang lebih kecil untuk membahas isu-isu perang, termasuk terkait perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.
Benny Gantz dikenal sebagai pemimpin partai oposisi dan saingan Netanyahu. Dia dipandang sebagai negarawan populer untuk meningkatkan kredibilitas Israel di mata negara-negara mitranya.
Dia bergabung ke kabinet perang Netanyahu untuk menunjukkan persatuan. Namun, dia mendukung perjanjian gencatan senjata untuk mengembalikan sandera dari Hamas. Hal ini bertentangan dengan partai pendukung Netanyahu yang menentang perjanjian tersebut.
Lalu, apa itu kabinet perang Israel yang dibubarkan Netanyahu?
Baca juga: Netanyahu Rayu Oposisi untuk Dukung Proposal Gaza Biden, Apa Isinya?
Kabinet perang dibentuk pada 11 Oktober 2023 setelah Israel menyatakan perang terhadap Gaza. Ini merupakan tanggapan atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Dikutip dari Al Jazeera, Senin (17/6/2024), kabinet ini dibentuk sebagai badan kecil dalam kabinet keamanan. Kabinet keamanan merupakan bagian dari kabinet koalisi yang lebih luas.
Kabinet perang beranggotakan Benjamin Netanyahu, mantan jenderal Benny Gantz, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, serta tiga pengamat yakni ketua Partai Shas Aryeh Deri, politikus Partai Persatuan Nasional Gadi Eisenkot, dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.
Kabinet perang didirikan untuk mengeluarkan keputusan cepat tentang jalannya perang. Keputusan ini kemudian akan dikirim untuk disetujui oleh kabinet koalisi.
Dilansir dari RTE (2/5/2024), salah satu keputusan besar pertama kabinet perang adalah waktu memulai invasi darat Israel ke Gaza. Invasi bernama Operasi Pedang Besi itu dimulai pada 27 Oktober 2023 atau 20 hari setelah serangan Hamas.
Meskipun kabinet perang bersatu menyerang Gaza, mereka kesulitan mencapai kesepakatan mengenai serangan Rafah. Gantz ingin perjanjian gencatan senjata dengan Hamas disetujui. Sebaliknya, Netanyahu ingin menyerang Rafah.
Untuk mengambil keputusan, tiga anggota kabinet perang melakukan pemungutan suara. Sementara ketiga pengamat tidak punya suara dalam hal ini.
Baca juga: Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz Mundur, Konflik Berpotensi Semakin Memanas
Badan ini bebas dari pengaruh anggota kabinet untuk bekerja di kementerian lain. Badan ini juga bekerja dengan operasional yang rahasia.