KOMPAS.com - Beberapa daerah di Indonesia mulai memasuki musim penghujan pada awal September ini.
Menurut pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini diindikasikan terdapat signifikansi dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia untuk sepekan ke depan.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, potensi cuaca ekstrem tersebut diidentifikasi dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer.
"Adapun kondisi tersebut yakni adanya potensi belokan dan perlambatan kecepatan angin di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan," ujarnya, seperti dalam rilis yang diterima ÓÅÓιú¼Ê.com, Jumat (9/9/2022) malam.
Baca juga: Prediksi Awal Musim Hujan di Indonesia 2022/2023 dan Puncaknya
Selain itu aktifnya fenomena atmosfer Madden Jullian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuatorial, dan Gelombang Kelvin dalam sepekan ke depan dapat turut meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG mengeluarkan informasi Prakiraan Berbasis Dampak Hujan Lebat dengan Kategori Siaga untuk periode 3 (tiga) hari ke depan (10-12 September 2022) berpotensi terjadi di wilayah sebagai berikut:
Terkait informasi lebih rinci hingga level kecamatan untuk potensi dampak tersedia di laman web .
Baca juga: Prediksi Awal Musim Hujan di Indonesia 2022/2023 dan Puncaknya
Tak hanya itu, dia mengatakan terdapat potensi curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang sepekan ke depan (10-16 September 2022).
Hal tersebut dapat terjadi di wilayah ini:
Baca juga: Cuaca Panas, Bahayakah Tidur Semalaman di Lantai?
BMKG mengimbau pihak-pihak terkait melakukan persiapan antara lain:
1. Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
3. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, dan menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
4. Menggencarkan secara lebih masif melalui sosialisasi, edukasi, dan literasi untuk meningkatkan pemahaman, kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi).
5. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.
6. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia, melalui:
Baca juga: Melihat Cara Belanda Mengatasi Banjir...
Infografik: Cara Tangani Dokumen agar Tak Rusak Parah karena Banjir