ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.

Banyak Muncul Klaster Covid-19 Jelang Lebaran, Ini Kata Epidemiolog

ÓÅÓιú¼Ê.com - 02/05/2021, 21:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah klaster baru Covid-19 muncul menjelang Lebaran 2021 di berbagai daerah.

Salah satu di antaranya adalah klaster mudik atau klaster hajatan yang terjadi di kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Penularan virus bermula ketika seorang warga yang baru pulang dari Jakarta lalu menggelar hajatan.

Setelah hajatan tersebut, sebanyak 37 warga dinyatakan positif Covid-19.

Diketahui pemilik rumah jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit setelah menggelar hajatan. Belakangan, dari hasil pemeriksaan swab, tuan rumah dinyatakan positif Covid-19.

Baca juga: Muncul Klaster Covid-19 Jelang Lebaran, dari Takziah hingga Tarawih

Lantas, apa yang memicu munculnya klaster-klaster virus corona tersebut?

Dampak relaksasi Pemerintah

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo mengatakan, kemunculan klaster baru ini menurut dia tak lepas dari relaksasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Menurutnya, pemerintah seolah-olah sudah menang melawan virus corona, sehingga banyak pusat perbelanjaan kembali ramai dan aktivitas yang menimbulkan kerumunan massa diizinkan.

"Jadi kita ini tidak sungguh-sungguh mencegah penularan virus ini. Kita kan terlalu cepat mendengung-dengungkan kasus sudah menurun," kata Windhu kepada ÓÅÓιú¼Ê.com, Minggu (2/5/2021).

Meski edukasi masih terus digaungkan oleh pemerintah, tetapi hal itu sama sekali tak cukup membendung laju mobilisasi dan kerumunan massa.

Baca juga: 5 Fakta Partai Ummat yang Didirikan Amien Rais, dari Logo hingga Susunan Pengurus

Inkonsistensi kebijakan

Windhu menuturkan, edukasi yang dilakukan pemerintah seharusnya dibarengi dengan konsistensi dalam hal kebijakan. Sayangnya, konsistensi itu tak terlihat pada setiap kebijakan pemerintah.

"Edukasi kita tidak berhenti-henti, tetapi edukasi tidak cukup kalau pemerintah di dalam kebijakannya melakukan relaksasi dan kebijakan yang sifatnya paradoksal juga," jelas dia.

"Misalnya dilarang mudik, tapi wisata boleh dibuka. Kan paradoksal," ujar Windhu.

Suasana Pasar Tanah Abang pada Minggu (2/5/2021) siang dipenuhi ribuan pengunjung jelang Hari Raya Idul Fitri 2021. Pemprov DKI Jakarta mencatat lonjakan mulai terasa sejak Sabtu (1/5/2021), di mana total pengunjung mencapai 200 persen dari kapasitas pasar terbesar itu.KOMPAS.com/TRIA SUTRISNA Suasana Pasar Tanah Abang pada Minggu (2/5/2021) siang dipenuhi ribuan pengunjung jelang Hari Raya Idul Fitri 2021. Pemprov DKI Jakarta mencatat lonjakan mulai terasa sejak Sabtu (1/5/2021), di mana total pengunjung mencapai 200 persen dari kapasitas pasar terbesar itu.

Akibat kebijakan yang paradoksal, masyarakat pun menjadi bingung dan kembali lalai dalam mematuhi protokol.

Selain itu, Windhu menyebut pemerintah juga harus berani memberikan sanksi atau law enforcement di masa pandemi.

"Harus ada law enforcement, mutlak itu di masa pandemi. Itu diamanatkan UU sendiri, jadi tangan pemerintah harus kuat," ujarnya.

Baca juga: Amien Rais Dirikan Partai Ummat, Ini Tantangan dan Peluangnya Menurut Pengamat

Tanda-tanda kenaikan kasus

Windhu memperingatkan, kasus infeksi Covid-19 di Indonesia mengalami stagnasi selama dua mingguan.

Menurut dia, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa stagnasi kasus infeksi dalam waktu lama merupakan tanda akan adanya kenaikan.

"Kalau kondisi itu stagnan dan cukup lama, itu salah satu pertanda kasus kita akan naik lagi. Itu yang harus disadari, pola-pola itu terjadi di masa lalu dan sudah diketahui," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita ÓÅÓιú¼Ê.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Keracunan MBG Terus Terjadi, Ahli Gizi Ingatkan Prinsip Keamanan Pangan

Kasus Keracunan MBG Terus Terjadi, Ahli Gizi Ingatkan Prinsip Keamanan Pangan

Tren
100 Tahun Eksis di Indonesia, Ini Daftar KRL yang Pernah Digunakan

100 Tahun Eksis di Indonesia, Ini Daftar KRL yang Pernah Digunakan

Tren
Prabowo Tunjuk Jokowi Jadi Utusan Khusus di Pemakaman Paus Fransiskus, Pengamat: Kenapa Bukan Wapres?

Prabowo Tunjuk Jokowi Jadi Utusan Khusus di Pemakaman Paus Fransiskus, Pengamat: Kenapa Bukan Wapres?

Tren
Kejar Target Bebas Malaria 2030, UGM dan APLAMA Mulai Riset di Perbatasan

Kejar Target Bebas Malaria 2030, UGM dan APLAMA Mulai Riset di Perbatasan

Tren
6 Olahraga Terbaik untuk Menurunkan Kadar Asam Urat, Apa Saja?

6 Olahraga Terbaik untuk Menurunkan Kadar Asam Urat, Apa Saja?

Tren
10 Alasan Duduk Terlalu Lama Buruk Bagi Kesehatan, Termasuk Merusak Jantung

10 Alasan Duduk Terlalu Lama Buruk Bagi Kesehatan, Termasuk Merusak Jantung

Tren
BMKG Ungkap Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 26-27 April 2025

BMKG Ungkap Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 26-27 April 2025

Tren
[POPULER TREN] Tanda Penyakit Diabetes pada Pagi Hari | Apakah Kacamata untuk Mata Minus Harus Dipakai Setiap Hari?

[POPULER TREN] Tanda Penyakit Diabetes pada Pagi Hari | Apakah Kacamata untuk Mata Minus Harus Dipakai Setiap Hari?

Tren
Benarkah Semua Penderita Hipertensi Wajib Kurangi Garam? Ini Kata Dokter...

Benarkah Semua Penderita Hipertensi Wajib Kurangi Garam? Ini Kata Dokter...

Tren
Mitos Nanas Penyebab Keguguran, Benarkah? Ini Kata Dokter Kandungan…

Mitos Nanas Penyebab Keguguran, Benarkah? Ini Kata Dokter Kandungan…

Tren
5 Penyebab Uban di Usia Muda dan Cara Mengatasinya Menurut Dokter

5 Penyebab Uban di Usia Muda dan Cara Mengatasinya Menurut Dokter

Tren
Ramai Narasi Batas Usia Aman Kehamilan adalah 35 Tahun, Bagaimana Penjelasan Dokter?

Ramai Narasi Batas Usia Aman Kehamilan adalah 35 Tahun, Bagaimana Penjelasan Dokter?

Tren
Cegah Asam Urat dengan Hindari Makanan dan Minuman Ini

Cegah Asam Urat dengan Hindari Makanan dan Minuman Ini

Tren
Ada 14 Kecurangan UTBK, Apa Respons Panitia SNPMB?

Ada 14 Kecurangan UTBK, Apa Respons Panitia SNPMB?

Tren
Mengenal Kondisi Halusinasi, Mengapa Seseorang Bisa Mengalaminya?

Mengenal Kondisi Halusinasi, Mengapa Seseorang Bisa Mengalaminya?

Tren
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses ÓÅÓιú¼Ê.com
atau