KOMPAS.com - Hari Tanpa Bayangan merupakan fenomena unik yang terjadi setiap tahun di Indonesia.
Mengapa disebut Hari Tanpa Bayangan?
Jawabannya, karena pada saat terjadi di suatu tempat, seluruh benda di permukaan bumi tampak tak memiliki bayangan. Fenomena ini juga dikenal dengan istilah kulminasi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat perkiraan terjadinya Hari Tanpa Bayangan di Indonesia yang terjadi sepanjang 2021.
Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin, menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan adalah fenomena biasa yang terjadi setiap tahun.
"Hanya fenomena alam biasa yang menarik," kata Hendra, saat dihubungi ÓÅÓιú¼Ê.com, Minggu (28/2/2021).
Baca juga: Jadwal Hari Tanpa Bayangan 2021 di 34 Ibu Kota Provinsi di Indonesia
Saat kulminasi atau Hari Tanpa Bayangan, posisi matahari tepat berada di atas manusia atau benda lain di permukaan bumi.
Akibatnya, bayangan akan jatuh tegak lurus karena bertumpu pada benda itu sendiri. Orang-orang membahasakannya menjadi bayangan yang hilang atau tanpa bayangan.
Hendra menjelaskan, kulminasi terjadi akibat rotasi dan revolusi bumi.
"Karena rotasi dan revolusi bumi. Jadi perputaran bumi yang miring sekitar 23,5 derajat di Lintang Utara dan Lintang Selatan. Karena perbedaan itu sehingga di Indonesia semua daerah akan mengalami Kulminasi," kata Hendra.
Posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun, antara 23,5 derajat Lintang Utara dan 23,5 derajat Lintang Selatan.
Durasi kulminasi pun hanya sebentar. Hendra menjelaskan, fenomena ini hanya bertahan antara 3 sampai 5 menit saja.
"Rata-rata 3 sampai 5 menit," kata dia.
Baca juga: Yogyakarta Alami Hari Tanpa Bayangan Siang Ini, Berikut Jadwal di Daerah Lain
Hendra menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan bisa saja terjadi di belahan bumi lain. Yang membedakan hanyalah waktu dan intensitas cahaya matahari di masing-masing wilayah.
"Di semua belahan bumi terjadi, hanya waktunya yang berbeda," kata dia.