ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Studi Terbaru: Otak Lebik Banyak Kandung Mikroplastik Dibanding Organ Lain, Apa Bahayanya?

KOMPAS.com - Penelitian terbaru mengungkap, jumlah mikroplastik yang masuk dan terakumulasi di otak manusia sangat tinggi, bahkan kemungkinan akan semakin meningkat.

Hasil dari studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine pada Senin (3/1/2025).

Para peneliti menganalisis sampel jaringan otak, hati, dan ginjal dari 52 jenazah yang menjalani otopsi forensik di Negara Bagian New Mexico, Amerika Serikat (AS). Sebanyak 28 di antaranya meninggal dunia pada 2016 dan 24 lainnya pada 2024.

Peneliti mendapati, jumlah mikroplastik ditemukan 7-30 kali lebih tinggi pada sampel otak, dibandingkan dengan ginjal dan hati.

Menurut penulis utama penelitian dari University of New Mexico, Matthew Campen, jumlah mirkoplastik yang ditemukan dalam sampel otak rata-rata setara dengan satu sendok plastik makan.

"Konsentrasi yang kami lihat di jaringan otak individu normal, yang rata-rata usianya sekitar 45 atau 50 tahun adalah 4.800 mikrogram per gram atau 0,48 persen berat," ujarnya dalam konferensi pers, dikutip dari CNN, Senin.

Dari angka itu, peneliti kemudian mendapati jumlah mikroplastik di jaringan otak sampel orang yang meninggal pada 2024 lebih tinggi 50 persen dibandingkan pada orang yang meninggal pada 2016.

Mikroplastik adalah partikel kecil yang berasal dari potongan sampak plastik dengan panjang kurang dari lima milimeter hingga satu mikron. Partikel ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau air yang dikonsumsi setiap hari.

Penderita demensia lebih berisiko terpapar mikroplastik

Sampel otak yang diteliti diambil dari korteks prefrontal, yakni bagian yang berfungsi mengendalikan perilaku dan terlibat dalam pengambilan keputusan.

Sebagian besar partikel plastik yang ditemukan peneliti ukurannya lebih kecil atau nano. Hal ini lebih mengkhawatirkan lantaran nanoplastik, kata para ahli, dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh.

Para peneliti juga menemukan tambahan 3-5 kali konsentrasi pecahan plastik di otak orang yang menderita demensia, dibandingkan otak orang yang sehat.

Pecahan-pecahan yang sangat kecil dan sulit dilihat oleh mata itu ditemukan di dinding arteri dan vena otak serta di sel-sel otak. Meski begitu, Campen enggan menyebut bahwa paparan mikroplastik adalah penyebab demensia.

Pasalnya, pasien demensia seringkali mengalami gangguan sawar darah otak, yang berarti tingginya kadar mikro atau nanoplastik mungkin termasuk dari gejala dan bukan penyebab penyakit.

"Ini sedikit mengkhawatirkan, tapi perlu diingat bahwa demensia adalah penyakit di mana sawar darah otak dan kerja mekanisme pembersihannya terganggu," jelasnya.

Namun, menurutnya orang yang menderita demensia bisa saja berisiko lebih tinggi terpapar mikroplastik.

"Kami ingin sangat berhati-hati dalam menafsirkan hasil ini karena mikroplastik sangat mungkin meningkat karena penyakit (demensia), dan saat ini kami tidak berasumsi bahwa mirkoplastik dapat menyebabkan penyakit ini," kata dia.

Bagaimana mikro dan nanoplastik masuk ke otak?

Tak seperti ginjal, hati, dan organ lainnya, otak manusia memiliki lapisan pelindung yang disebut sawar darah otak. Pelindung ini berfungsi untuk menghalangi patogen dan racun berbahaya.

Karena itu, Campen mengatakan belum jelas bagaimana partikel plastik ini bisa melewati sawar darah otak, tetapi mungkin ada hubungannya dengan proporsi lipid atau lemak otak yang tinggi.

"Plastik menyukai lemak atau lipid, jadi salah satu teorinya adalah plastik masuk melalui lemak yang kita makan, kemudian dibawa ke organ-organ yang sangat menyukai lipid, termasuk orak yang paling utama," paparnya.

Sebagai informasi, otak manusia terdiri dari 60 persen lemak, jauh lebih banya daripada organ tubuh lainnya. Asam lemak esensial, seperti omega 3 berperan penting dalam kelangsungan kinerja sel-sel otak.

Karena tubuh manusia tidak dapat memproduksi asam lemak esensial sendiri, asam lemak ini harus diperoleh dari makanan atau suplemen.

Dampak bagi kesehatan

Direktur Program for Global Public Health and the Common Good and the Global Observatory on Planetary Health dari Boston College, Philip Landrigan, mengatakan belum jelas apa dampak mikroplastik dan nanoplastik terhadap kesehatan neurologis.

"Apa yang partikel-partikel ini lakukan pada kita? Jujur saja ada banyak yang masih belum kita ketahui," ucapnya.

Dia mengibaratkan partikel mikroplastik ini dengan "kuda Troya", artinya dia yakin bahwa mikroplastik membawa bahan kimia yang membahayakan bagi tubuh.

Dengan menyerang sel-sel individu dan jaringan di organ utama, mikroplastik dan nanoplastik berpotensi menyebabkan gangguan endokrin yang berdampak pada sistem reproduksi manusia.

Misalnya, menyebabkan malformasi genital dan reproduksi, infertilitas wanita, serta penurunan jumlah sperma.

"Kami memiliki beberapa indikasi bahwa mikroplastik dan nanoplastik menyebabkan kerusakan, meskipun kami jauh dari mengetahui sepenuhnya bahaya itu," ungkapnya.

Sementara, American Chemistry Council menambahkan, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa partikel plastik yang terdeteksi dalam makanan bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia.

Meski begitu, temuan ini diharapkan dapat mendorong langkah preventif untuk mencegah kemungkinan bahaya paparan mikroplastik.

"Tak hanya membantu menambah data saat ini dalam menunjang pemahaman kita tentang mikroplastik, tapi juga bertujuan mengembangkan alat yang bisa mengukur toksisitas mikroplastik terhadap manusia," kata wakil dewan urusan regulasi dan ilmiah di American Chemistry Caiuncil, Kimberly Wise White.

/tren/read/2025/02/04/180000265/studi-terbaru-otak-lebik-banyak-kandung-mikroplastik-dibanding-organ-lain

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke