Para astronot mengaku bahwa makanan-makanan lezat akan jadi hambar, aneh, dan tidak lagi menarik ketika dimakan di luar angkasa.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di kalangan para ilmuwan atau peneliti, mengapa hal seperti itu bisa terjadi.
Lantas, mengapa makanan lezat jadi tak enak di luar angkasa?
Penyebab makanan lezat menjadi terasa tidak enak di luar angkasa
Pada penelitian sebelumnya, peneliti mengungkap masalah ini kemungkinan besar terjadi imbas dari penyesuaian pendistribusian cairan tubuh akibat kondisi lingkungan luar angkasa.
Perubahan dari pendistribusian cairan internal tubuh ini bisa menyebabkan pembengkakan pada wajah, yang akan berkurang seiring dengan penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
Namun, beberapa astronot telah melaporkan bahwa masalah mereka dengan makanan tetap ada, bahkan setelah efek pergeseran cairan berlalu.
Jadi, ilmuwan makanan Grace Loke dari RMIT University di Australia dan rekan-rekannya berfokus pada bagaimana lingkungan dan kondisi mental seseorang dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap aroma, yang sangat berpengaruh pada daya tarik makanan yang dirasakan.
Dikutip dari Space, hasil penelitian itu dipublikasikan di International Journal of Food Science and Technology pada 16 Juli 2024 lalu.
Penelitian tersebut menemukan, kondisi mental astronot seperti rasa kesepian dan keterasingan menjadi penyebabnya.
Perasaan negatif ini pada gilirannya berdampak pada persepsi spasial yang berperan penting dalam bagaimana astronot mencium berbagai aroma.
Aroma yang tidak semestinya tersebut kemudian menyebabkan atau memengaruhi cita rasa makanan ketika dikonsumsi astronot.
Adapun perasaan kesepian dan terasingkan ini kemungkinan besar dialami oleh astronot saat berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS).
Meski diberi rencana pola makan yang dirancang dengan cermat, para astronot melaporkan bahwa makanannya terasa hambar.
Hal itu berpotensi membuat kebutuhan nutrisi para astronot menjadi tidak terpenuhi, sehingga dapat berbahaya untuk misi luar angkasa jangka panjang.
Metode yang digunakan
Para peneliti menggunakan metode dengan menempatkan peserta penelitian ke dalam lingkungan realitas virtual (menggunakan kacamata VR) yang dirancang mensimulasikan pengalaman berada di ISS.
Dilansir dari ScienceAlert, lingkungan ini mencakup obyek mengambang sebagai simulasi gaya berat mikro.
Para peneliti juga memasang peralatan luar angkasa yang tata letaknya memberikan kesan berantakan dan terkurung, serta kebisingan suara operasional di ISS.
"Ini adalah studi pertama yang menunjukkan variasi individu dalam persepsi penciuman di VR,” ucap salah satu peneliti, Grace Loke.
Para peserta diminta menilai intensitas setiap aroma dengan skala 1 hingga 5 dengan diawali di ruangan normal dan kemudian di lingkungan simulasi ISS.
Mereka melaporkan bahwa aroma lemon tetap sama di kedua lingkungan, namun dua aroma lain terasa lebih intens di simulasi ISS.
Dengan demikian, hal ini menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan dan persepsi aroma.
Para peneliti menduga bahwa benzaldehida menjadi faktor kuncinya.
Benzaldehida ini adalah senyawa aromatik yang mudah menguap. Senyawa ini ditemukan di almon dan vanila, namun tidak di lemon.
/tren/read/2024/08/23/213000465/makanan-lezat-jadi-terasa-tak-enak-di-luar-angkasa-kok-bisa-