Peringatan tersebut didasari oleh kisah dan pemikiran inspiratif sosok putri Jawa yang bernama Raden Ajeng (RA) Kartini karena sumbangsihnya memperjuangkan emansipasi perempuan.
Berkat pemikirannya, peran perempuan menjadi tidak hanya dipandang sebelah mata, apalagi di masa penjajahan kolonial Belanda yang erat dengan norma-norma budaya patriarki.
RA Kartini aktif menuangkan pemikirannya lewat tulisan terutama melalui surat yang dikirimkannya kepada teman-temannya di Belanda.
Dilansir dari 优游国际.id, surat-surat yang ditulis oleh RA Kartini kemudian dikumpulkan untuk menjadi buku yang kini dikenal dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Lantas, apa saja fakta terkait surat-surat yang ditulis oleh RA Kartini?
Buku yang menginspirasi RA Kartini
RA Kartini sudah aktif menulis sejak kecil, ia tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa.
Ketertarikan tersebut tidak lepas dari bacaan RA Kartini dari buku-buku, koran dan majalah yang berasal dari Eropa.
Lewat pemikiran Eropa, RA Kartini berkeinginan memajukan emansipasi perempuan pribumi yang berada pada status sosial yang rendah.
Berikut ini adalah beberapa buku yang dibaca oleh RA Kartini:
Menggunakan nama pena Tiga Soedara
RA Kartini banyak membaca surat kabar Belanda De Locomotief asuhan Pieter Brooshooft. Tak hanya membaca, beberapa kali tulisan yang ia kirimkan bahkan juga dimuat pada surat kabar tersebut.
Setelahnya, nama RA Kartini kemudian mulai dikenal karena tulisannya dimuat di berbagai majalah.
Tema tulisannya berkisar tentang persoalan pendidikan kaum Bumiputra, terutama kaum wanita.
Kemudian lewat majalah De Hollandsche Lelie, RA Kartini memperoleh sahabat pena pertama, yakni Stella Zeehandelaar.
Selain menulis tentang pendidikan kaum Bumiputra, RA Kartini tak jarang juga menulis tentang kesenian yang ada di Jepara seperti seni ukir dan seni batik.
Dalam sejumlah tulisannya, RA Kartini memakai nama samaran yakni Tiga Soedara.
Surat-surat RA Kartini
Masih dari sumber yang sama, 优游国际.id, RA Kartini juga menuliskan banyak surat berbahasa Belanda semasa hidupnya yang dikirimkan kepada sahabat penanya yang sebagian besar orang Belanda.
Melalui surat-surat tersebut, RA Kartini menuliskan pemikirannya tentang persoalan emansipasi perempuan dan masalah sosial umum.
Dia memandang bahwa perempuan harus berjuang agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum.
Sampai RA Kartini wafat, tercatat ada 246 surat yang ditulisnya dan tersimpan di luar negeri.
Sebagian dari surat tersebut kemudian dibukukan dan dicetak dengan judul Door Duisternis tot Lich atau yang lebih dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang oleh pasangan suami istri Jascques Abendanon.
Buku ini merupakan kumpulan surat RA Kartini yang diterbitkan pertama kali pada 1911.
Dilansir dari Tribunnews, buku tersebut disusun oleh sahabat pena RA Kartini bernama Jascque Abendanon dan sudah dicetak sebanyak lima kali.
Door Duisternis tot Lich berisikan 106 surat RA Kartini kepada para sahabat penanya.
Berikut ini adalah beberapa surat-suratnya:
Berbagai buku berisi surat-surat Kartini
Pada 1922, Door Duisternis tot Lich dialihbahasakan dalam bahasa Melayu oleh Empat Saudara dengan judul Habislah Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.
Di kawasan Indonesia buku tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan Armijn Pane sebagai penerjemah surat-suratnya.
Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang kembali diterbitkan dengan format yang berbeda dari buku terjemahan.
Armijn Pane menyajikan surat-surat tersebut ke dalam format yang berbeda dari buku-buku sebelumnya.
Buku tersebut sudah dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat RA Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.
Selain diterjemahkan oleh Armijn Pane, Kumpulan surat RA Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno.
Untuk versi terjemahan Sulastin Sutrino diterbitkan dengan judul Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.
Terdapat buku lain yang berisikan terjemahan dari surat-surat RA Kartini, yakni Letters from Kartini, An Indonesia Feminist 1900-1904 yang diterjemahkan oleh Joost CotÚ.
Pada buku tersebut tidak hanya menerjemahkan surat RA Kartini yang dimuat dalam buku Door Duisternis tot Licht, namun Joost CotÚ juga menambahkan terjemahan seluruh surat asli RA Kartini kepada Nyonya Abendanon.
Oleh karenanya terdapat surat-surat pada buku Letters from Kartini, An Indonesia Feminist 1900-1904 yang tidak ditemukan di dalam Door Duisternis tot Licht.
Letters from Kartini, An Indonesia Feminist 1900-1904 memuat 108 surat-surat RA Kartini termasuk di dalamnya 46 surat untuk Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.
/tren/read/2022/04/21/100500765/pemikiran-ra-kartini-abadi-tertuang-dalam-buku-buku-ini