KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali meningkatkan ketegangan perdagangan global dengan mengancam tarif baru sebesar 50 persen terhadap China. Pernyataan ini disampaikan pada Senin (7/4/2025) di Gedung Putih.
Dilansir 优游国际.com (08/04/2025), Trump menegaskan bahwa kebijakan proteksionisnya akan tetap berjalan meskipun pasar keuangan global mengalami tekanan berat.
"Saya sangat menghormati China, tetapi mereka tidak dapat melakukan ini. Kita akan mencoba sekali," ujar Trump.
Ancaman ini muncul setelah China mengumumkan langkah balasan berupa tarif sebesar 34 persen terhadap produk-produk AS yang mulai berlaku pada Kamis mendatang.
Washington pun memperingatkan bahwa total tarif AS terhadap China dapat meningkat hingga 104 persen jika Beijing tidak mundur.
Baca juga: China Batasi Ekspor Tanah Jarang sebagai Tanggapan Tarif Trump
Ketegangan dagang ini berdampak negatif pada pasar saham global. Bursa Hong Kong mengalami penurunan tajam hingga 13,2 persen, mencatat rekor terburuk dalam hampir 30 tahun.
Di Jepang, indeks di Tokyo merosot hampir 8 persen, sementara di Frankfurt, indeks saham sempat turun hingga 10 persen sebelum akhirnya mengalami pemulihan sebagian.
Di AS, Wall Street mengalami perdagangan yang bergejolak, dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 ditutup melemah.
Triliunan dolar diperkirakan telah menguap dari valuasi pasar dalam beberapa hari terakhir. Selain itu, Bitcoin turut mengalami penurunan tajam, sementara dolar AS justru mengalami rebound setelah sebelumnya melemah.
Baca juga:
Menanggapi ancaman Trump, Kedutaan Besar China di AS menyatakan bahwa "menekan atau mengancam China bukanlah cara yang tepat untuk bernegosiasi".
Sementara itu, Trump menegaskan bahwa ia tidak akan memberikan jeda dalam kebijakan tarifnya dan bahkan membatalkan pertemuan terkait dengan perwakilan China.
Namun, Trump tetap membuka kemungkinan dialog dengan negara lain yang siap untuk bernegosiasi. "Bisa ada tarif permanen, dan bisa juga ada negosiasi, karena ada hal-hal yang kita butuhkan di luar tarif," ujarnya saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Tarif dasar sebesar 10 persen terhadap impor dari seluruh dunia ke AS mulai berlaku pada Sabtu. Mulai Rabu, beberapa negara akan menghadapi tarif yang lebih tinggi, dengan produk China dikenai bea masuk 34 persen dan barang dari Uni Eropa dikenai tarif 20 persen.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa beberapa negara tengah berusaha merundingkan pengecualian. "Melalui negosiasi yang baik, yang akan kita lakukan hanyalah melihat levelnya turun," ujarnya dalam wawancara dengan Fox News.
Baca juga:
Negara-negara Uni Eropa berkumpul di Luksemburg untuk membahas respons terhadap kebijakan tarif AS.