Dunant juga menekankan bahwa tentara kedua belah pihak harus mendapatkan perawatan yang setara.
Selepas peristiwa tersebut, Henry Dunant kemudian menulis buku yang diberi judul A Memory of Solferino atau Kenangan Solferino.
Baca juga: Al Khawarizmi, Bapak Aljabar Dunia
Dalam buku yang terbit pada 1862 tersebut, ia tidak hanya menggambarkan keadaan mengerikan pascaperang, tetapi juga mengemukakan dua gagasan besarnya, yakni:
Setelah itu, ia aktif keliling Eropa untuk mempromosikan gagasannya tentang perlunya dibentuk organisasi netral yang memberikan perawatan kepada prajurit perang yang terluka.
Buku Dunant pun mendapat tanggapan postif, terutama dari Presiden Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Umum, Gustave Moynier.
Bersama dengan anggota perhimpunan tersebut Dunant membentuk sebuah komite yang terdiri dari Gustave Moynier, Guillaume-Henri Dufour, Louis Appia, Theodore Maunoir, dan dirinya sendiri.
Komite ini mengadakan pertemuan pertama kali pada 17 Februari 1863, yang sekarang dianggap sebagai tanggal berdirinya Komite Internasional Palang Merah (ICRC), cikal bakal Palang Merah Internasional.
Baca juga: Biografi Joop Ave, Bapak Pariwisata Indonesia
Perjuangan Henry Dunant membawanya mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1901.
Kendati demikian, Palang Merah Internasional secara resmi diakui dunia pada Perjanjian Jenewa pertama pada 22 Agustus 1964.
Kemudian pada 1984, Hari Palang Merah Internasional ditetapkan setiap 8 Mei, yang merupakan hari lahir Henry Dunant.
Berkat jasa-jasanya dalam merintis berdirinya Palang Merah Internasional, ia pun diakui sebagai Bapak Palang Merah Dunia.
Saat ini, Palang Merah Internasional bertugas mengawasi pergerakan Palang Merah yang ada di 188 negara, termasuk di Indonesia.
Referensi: