优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Strategi Belanda dalam Perang Padri

优游国际.com - 16/12/2021, 11:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang Padri adalah perang besar yang berlangsung di wilayah Sumatera Barat, terutama di wilayah Kerajaan Pagaruyung pada 1803 hingga 1838.

Perang ini pada awalnya adalah perang saudara antara kaum Padri dengan kaum Adat terkait pertentangan masalah perilaku negatif dari kaum Adat.

Pada 1803, pecah perang saudara yang melibatkan orang Minang dan Suku Mandailing. Dalam pertempuran ini, kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan kaum Adat dipimpin oleh Yang Dipertuan Agung Sultan Arifin Muningsyah.

Dalam perkembangannya, kaum Adat yang mulai terdesak memilih untuk meminta bantuan Belanda. Sehingga, Perang Padri berubah menjadi perang kolonial.

Perang Padri pun berakhir pada 1838 dengan kemenangan Belanda, yang menjalankan strategi jitu untuk mengalahkan pasukan pribumi.

Lantas, strategi apa yang diterapkan Belanda dalam Perang Padri hingga berhasil memenangkan pertempuran?

Baca juga: Mengapa Perang Padri Berubah Menjadi Perang Kolonial?

Pecah Perang Padri

Perang Padri dimulai setelah pulangnya tiga orang haji dari Mekkah pada 1803. Mereka adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang, yang ingin memperbaiki ajaran Islam di Minangkabau.

Adapun Tuanku Nan Renceh tertarik dan ikut bergabung dengan tiga haji tersebut bersama dengan ulama Minangkabau lainnya dalam kelompok Harimau Nan Salapan.

Kelompok ini kemudian mengajak Sultan Arifin Muningsyah berserta kaum Adat untuk meninggalkan kebiasaan yang bertentangan dengan syariat Islam.

Namun, setelah dilakukan serangkaian perundingan, tetap tidak ada kata sepakat. Karena itu, pada 1815, Kaum Paderi di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Kerajaan Pagaruyung dan pecahlah peperangan di Koto Tangah.

Serangan ini menyebabkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan.

Baca juga: Tuanku Imam Bonjol: Perjuangan, Perang Padri, dan Akhir Hidup

Keterlibatan dan strategi Belanda

Setelah pecah pertempuran, kedudukan kaum Adat mulai terdesak. Mereka akhirnya meminta bantuan Belanda pada 1821 dan menandatangani perjanjian penyerahan Minangkabau kepada Belanda.

Ketika perjanjian selesai disepakati, Belanda melakukan serangan pertama kepada kaum Padri dan berhasil menguasai Pagaruyung.

Pada perang ini, Belanda menggunakan strategi Benteng Stelsel atau membangun benteng pertahanan dan pos militer guna mempersempit pergerakan musuhnya.

Salah satu benteng pertahanan yang dibangun adalah Benteng Van der Capellen di Batusangkar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau