优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Tengku Sulung, Panglima Besar Reteh yang Gigih Melawan Belanda

优游国际.com - 16/12/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tengku Sulung adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang gigih melawan Belanda di Kepualaun Riau.

Tokoh yang diberi kepercayaan menjadi panglima besar oleh Sultan Riau ini memusatkan perlawanannya di daerah yang saat ini masuk dalam wilayah Kecamatan Reteh dan Sungai Batang, Riau.

Sayangnya, Tengku Sulung gugur dalam pertempuran setelah tertembak di bagian tengah lehernya. 

Baca juga: Rakyat Riau Angkat Senjata

Masa muda

Tengku Sulung lahir di Lingga, Kepulauan Riau, pada sekitar awal abad ke-19. Ayahnya bernama Tok Luhus, seorang bajak laut yang menikahi Raja Maimunah dari Negeri Siak.

Sedari kecil, ia dididik oleh keluarganya dengan ajaran Islam yang kuat. Pemahamannya tentang Islam pada akhirnya memengaruhi pandangannya terhadap Belanda.

Tengku Sulung diketahui sangat membenci Belanda dan tidak bersedia untuk bekerja sama dalam bentuk apapun.

Namun, pada saat masih remaja, ia sempat mengikuti jejak ayahnya menjadi bajak laut hingga berlayar mencapai Kalimantan.

Setelah meninggalkan masa kelamnya, Tengku Sulung menetap di Riau, tepatnya di sekitar Sungai Reteh.

Baca juga: Syafruddin Prawiranegara: Biografi, Kebijakan, dan Pemberontakan

Diangkat menjadi Panglima Besar

Tengku Sulung dipercaya menduduki jabatan Panglima Besar Reteh oleh seorang sultan dari Kesultanan Riau-Lingga.

Pada 1841, kepemimpinan Sultan Muhammad Syah dari Kesultanan Riau-Lingga berakhir.

Setelah itu, takhta kerajaan jatuh ke tangan putra sulungnya, Sultan Mahmud Muzaffar Syah, yang berkuasa sejak 1841 hingga 1857.

Pada masa pemerintahan Sultah Mahmud Muzaffar Syah inilah, Tengku Sulung ditunjuk sebagai Panglima Besar Reteh.

Hal itu dilakukan setelah Tengku Sulung tidak mau tunduk pada Sultan Sulaiman, yang diangkat oleh Belanda untuk menggantikan Sultan Mahammad Syah.

Baca juga: Perlawanan Riau terhadap VOC

Perjuangan melawan Belanda

Selama Sultan Mahmud Muzaffar Syah memimpin, Belanda terus mendesak agar kerajaannya mau menandatangani suatu perjanjian.

Namun, Sultan Muzaffar Syah tidak menghiraukannya, bahkan telah mengacaukan prajurit Belanda di lautan dan kerap bepergian ke Singapura dan Pahang secara sembunyi-sembunyi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau