KOMPAS.com - Narciso Ramos adalah tokoh pendiri ASEAN yang berasal dari Filipina.
Pada 8 Agustus 1967, Ramos selaku Menteri Luar Negeri Filipina, berkumpul dengan para tokoh perwakilan dari Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Pertemuan mereka yang terjadi di Bangkok, Thailand, menghasilkan Deklarasi Bangkok yang menandai berdirinya organisasi regional Asia Tenggara yang bernama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Berikut biografi singkat Narciso Ramos, tokoh penggagas berdirinya ASEAN dari Filipina.
Riwayat pendidikan
Narciso Rueca Ramos atau kerap dipanggil Narciso Ramos, lahir pada 11 November 1900 di Asingan, Pangasinan, Filipina.
Ia adalah putra dari pasangan Placido Ramos dan Ramona Rueca.
Pendidikan Ramos dimulai di Sekolah Dasar Asingan dan berlanjut ke Sekolah Menengah Manila, hingga lulus pada 1919.
Antara 1920-1922, Ramos menempuh pendidikan jurnalistik di Universitas Filipina.
Ia kemudian belajar hukum di Universitas Nasional, dan meraih gelar sarjana hukum pada 1924. Masih di tahun yang sama, Ramos lulus ujian pengacara.
Dari situlah, Ramos menjadi jurnalis, pengacara, kemudian anggota dewan dan duta besar Filipina.
Perjalanan karier
Sebelum terjun ke dunia politik, Narciso Ramos bekerja sebagai pengacara di tanah kelahirannya di Pangasinan, juga di Manila.
Diakui sebagai pelopor di bidang hukum Pangasinan, Ramos mendapat reputasi yang baik karena keberaniannya dalam membela kaum miskin dan tertindas, terutama di masa profesi pengacara masih langka.
Pada 1934, Ramos memulai karier politiknya setelah terpilih sebagai wakil distrik kelima Pangasinan dalam pemilihan anggota dewan.
Dalam jabatannya sebagai legislator, ia menunjukkan dedikasi dan kinerja luar biasa, yang membuatnya kembali terpilih sebagai anggota kongres.
Pada masa pendudukan Jepang di Filipina, Ramos aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan negaranya, bahkan mempertaruhkan nyawa bersama pejuang lainnya.
Ketika Filipina meraih kemerdekaannya pada 1946, Ramos telah menjadi tokoh nasional yang dihormati dan berpengaruh.
Ia bahkan diundang oleh Presiden Manuel Roxas untuk membantu mendirikan kementerian luar negeri dan mengatur berdirinya kedutaan Filipina pertama di Washington DC, Amerika Serikat, bersama Duta Besar Joaquin Elizalde.
Ramos menjalankan tugasnya dengan baik sebagai penasihat menteri Filipina di Washington, bahkan membantu merumuskan kebijakan luar negeri Filipina.
Prestasi awal diplomasinya ditandai dengan keberhasilannya mengirim delegasi Filipina ke negara-negara sosialis dan Amerika Latin.
Keterampilan diplomasi yang dimilikinya membuatnya diangkat sebagai seorang duta besar.
Ramos menjabat Duta Besar Filipina untuk Argentina dari 1949 hingga 1952.
Setelah itu, tepatnya pada masa-masa awal Gerakan Non-Blok (GNB), ia menjadi utusan Filipina untuk India.
Pada 1956, atas inisiatifnya, kedutaan lain didirikan di Taipei.
Pada 1965, setelah tidak lagi bekerja di Taipei, ia diangkat menjadi menteri luar negeri oleh Presiden Ferdinand Marcos, dan menjabat hingga 1968.
Selama menjadi Menteri Luar Negeri Filipina, Ramos terus mencetak beberapa pencapaian dalam kariernya dan dalam hubungan internasional Filipina.
Peran Narciso Ramos dalam ASEAN
Pada saat menjabat Menteri Luar Negeri Filipina, Narciso Ramos berpartisipasi dalam upaya penyatuan kawasan Asia Tenggara.
Pada Agustus 1967, Ramos berkumpul di Thailand bersama Adam Malik dari Indonesia, S Rajaratnam dari Singapura, Thanat Khoman dari Thailand, dan Tun Abdul Razak dari Malaysia.
Mereka menyusun dokumen yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Bangkok.
Deklarasi Bangkok yang ditandatangani oleh Ramos dan empat tokoh lainnya pada 8 Agustus 1967, menandai berdirinya sebuah organisasi regional yang mewadahi negara-negara Asia Tenggara untuk menjalin persahabatan dan kerja sama, yang dikenal sebagai ASEAN.
Perwakilan kelima negara, termasuk Ramos, yang datang dalam pertemuan di Bangkok disebut sebagai Founding Fathers ASEAN.
Setahun setelah peristiwa bersejarah tersebut, tepatnya pada 31 Desember 1968, Ramos mengakhiri masa dinasnya dalam pemerintahan.
Kendati demikian, ia tidak sepenuhnya pensiun dari pekerjaannya karena masih terlibat dalam sejumlah proyek sipil, sosial dan ekonomi.
Akhir hidup
Pada 1982, di usianya yang sudah menyentuh 82 tahun, Narciso Ramos diminta menjadi Duta Besar semi-resmi untuk Taiwan.
Ia mengisi jabatan tersebut selama tiga tahun. Ramos tercatat sebagai politikus yang pernah menjabat di bawah delapan presiden Filipina, dari Manuel L Quezon hingga Ferdinand E Marcos.
Narciso Ramos meninggal pada 3 Februari 1986, dalam usia 86 tahun, akibat stroke.
Pengabdian dan prestasi Ramos diakui dengan berbagai penghargaan sepanjang hidupnya, termasuk Legion of Honor (pangkat komandan) dan Medali Perunggu Valor atas jasanya sebagai gerilyawan dalam Perang Dunia II, serta Ordo Sikatuna (Pangkat Satu) atas prestasinya dalam dinas luar negeri Filipina.
Referensi:
/stori/read/2024/05/08/190000379/narciso-ramos-tokoh-pendiri-asean-dari-filipina