KOMPAS.com - Demonstrasi 1998 yang menggulingkan Presiden Soeharto, bukanlah demonstrasi mahasiswa besar-besaran yang pertama.
Tiga dekade sebelum itu, ada Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat. Sama seperti demo 1998, Tritura juga menjadi tonggak sejarah bangsa Indonesia.
Tritura menjadi titik pergantian rezim, dari Orde Lama ke Orde Baru. Berikut sejarah singkat Tritura:
Baca juga: Eks Marinir yang Gabung Militer Rusia Ternyata Pecatan TNI AL
Kondisi Indonesia di tahun 1960-an sangat bergejolak. Presiden Soekarno memposisikan Indonesia berlawanan dengan negara-negara barat.
Sikap anti neo-kolonialisme dan neo-imperialisme menyebabkan Indonesia kehilangan dukungan dari luar negeri di bidang politik maupun ekonomi.
Sejarawan Asvi Warman Adam dalam Bung Karno Dibunuh Tiga Kali? (2010) menjelaskan, saat itu harga membumbung tinggi.
Baca juga:
Inflasi per tahun mencapai 600 persen lebih pada tahun 1966.
"Bahkan Presiden Soekarno harus menunjuk seorang menteri penurunan harga, Hadely Hasibuan, meskipun tidak berhasil melakukan tugasnya," tulis Asvi.
Puncaknya pada 1965, ketika Gerakan 30 September (G30S) meletus. Partai Komunis Inonesia (PKI) yang dekat dengan Soekarno dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan tujuh jenderal TNI.
Baca juga: Gaspol Hari Ini: Mahfud MD Angkat Bicara Persoalan Gibran dan Dugaan Ijazah Palsu Jokowi
Situasi politik makin kacau. Sentimen anti-PKI dan anti-Soekarno berkembang.
Memasuki tahun 1966, rakyat dan mahasiswa menggelar demonstrasi memprotes Soekarno yang tak banyak berbuat saat itu.
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), dan kesatuan-kesatuan aksi lainnya (KABI, KASI, KAWI, KAGI) yang tergabung dalam Front Pancasila, berunjuk rasa di halaman gedung DPR-GR pada tanggal 12 Januari 1966.
Baca juga:
Mereka menuntut tiga hal yang dikenal dengan Tritura. Isi Tritura yakni:
Soekarno tak memenuhi tuntutan aksi ini. Ia dan para menterinya menganggap aksi ini hanya berusaha 'Membelokkan jalannya revolusi kita ke kanan'.
Maka unjuk rasa terus terjadi dan meluas. Harian 优游国际 pada Januari 1966 mencatat, para mahasiswa konsekuen dengan tuntutannya.