KOMPAS.com - Mulai malam ini hingga 10 hari ke depan, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan atau mengamati fenomena puncak hujan meteor terbungsu bernama Arid, di awal bulan Oktober 2021.
Hujan meteor Arid adalah hujan meteor yang mulai menyembur sejak sepekan silam dan saat itu para astronom memperdiksi puncak aktivitasnya akan terjadi beberapa hari ke depan.
Namun, peneliti di Pusat Riset Sains Antariksa BRIN, Andi Pangerang mengatakan, ternyataa hujan meteor Arid ini akan mengalami periode puncaknya hari ini.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Meteor dan Hujan Meteor
Berikut beberapa fakta menarik mengenai hujan meteor Arid yang perlu Anda ketahui.
Hujan meteor ini, mula-mula terdeteksi melalui kamera pemantau meteor CAMS (Camera for Allsky Meteor Surveillance) di Selandia Baru berturut-turut pada tanggal 28 dan 29 September 2021.
Radar meteor SAAMERS-OS (Southern Argetina Agile Meteor Radar Orbital System) di Pulau Tanah Api (Tierra del Fuego), Argentina Selatan mendeteksi hujan meteor ini setidaknya selama tiga jam pada tanggal 29 September 2021.
Jauh sebelumnya, di tahun 1995, debu komet 15P/Finlay pertama kali menyembur selama perihelion 1995.
Semburan kedua terjadi pada tahun 2008 dan menyusul enam tahun setelahnya di tahun 2014 menyembur untuk ketiga kalinya.
Hujan meteor ini terlihat redup melalui instrumen radar bagi beberapa wilayah paling selatan di belahan selatan Bumi yang masih bisa dihuni manusia seperti Argentina, Chile dan Selandia Baru.
Hujan meteor umumnya memang terjadi setiap tahun ketika debu komet maupun asteroid berpotongan dengan orbit Bumi mengelilingi Matahari.
Untuk kasus hujan meteor terbungsu ini, justru debu komet 15P/Finlay, sebagai objek induk (parent body) hujan meteor tersebut, tidak pernah berpotongan dengan orbit Bumi.
Hal ini dikarenakan ukuran debu komet yang kecil, ditambah pula dengan angin surya dari Matahari yang dapat mengubah posisi debu komet menjadi bergeser dari posisi semula.
Baca juga: 12 Hujan Meteor yang Bisa Diamati dari Langit Indonesia Sepanjang 2021