KOMPAS.com – Jeffrey Laurence, profesor kedokteran di Divisi Hermatologi dan Onkologi Medis, Weill Cornell Medicine, menulis sebuah makalah di Translational Research tentang pembekuan darah yang tidak normal pada kasus Covid-19 yang parah.
Dalam makalah yang terbit pada April 2020 lalu ini, dikatakan bahwa beberapa pasien Covid-19 di ICU mengalami pembekuan darah, termasuk pembekuan darah kecil, trombosis venda di kaki, pembekuan di paru-paru, dan pembekuan darah penyebab stroke di arteri serebral.
Kondisi tersebut tetap terjadi meski pasien Covid-19 telah mendapatkan perawatan intensif dan diberi obat pengencer darah untuk mencegah pembekuan darah.
Dilansir dari Weill Cornell Medicine, Laurence dan rekan-rekannya mengatakan, mereka tidak tahu persis pada tingkat keparahan kasus seperti apa yang menyebabkan pembekuan darah.
“Kami pertama kali menyadari pentingnya masalah pembekuan darah ketika seorang pasien di ICU mengalami ruam yang tidak biasa. Biopsi kulitnya menunjukkan ada banyak gumpalan di pembuluh darah kecil,” ujar Laurence.
Baca juga: Gejala Pembekuan Darah yang Jarang Terjadi Akibat Vaksin AstraZeneca
Sulit diketahui apakah pembekuan darah menjadi penyebab kematian yang signifikan pada kasus Covid-19 yang parah.
Laurence pun mengatakan, penyebab kematian pasien Covid-19 yang paling sering adalah kegagalan pernapasan dan dapat dipicu oleh pneumonia.
Untuk mendeteksi pembekuan darah, bisa menggunakan tes D-dimer. Melalui tes ini, dokter akan memeriksa tingkat D-dimer dalam darah.
Baca juga: Mutasi Letjen Kunto Arief Batal, Pengamat: Prabowo Tunjukkan Presiden Sesungguhnya
Tingkat D-dimer inilah yang akan menjadi petanda, apakah pasien mengalami pembekuan darah yang serius.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan D-dimer? Bagaimana pengaruhnya pada pasien Covid-19?
Berikut adalah penjelasan mengenai D-dimer, sebagaimana diberitakan 优游国际.com, Selasa, 9 Februari 2021.
Baca juga: Amat Jarang, Siapa yang Berisiko Alami Pembekuan Darah Usai Vaksin AstraZeneca?
Dokter spesialis dalam, dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, Sp.PD-KPsi, mengatakan bahwa tubuh manusia memiliki fragmen protein yang mendorong pembekuan darah.
Dalam kondisi tertentu, termasuk pada Covid-19, pasien mengalami hiperkoagulabilitas sehingga darahnya lebih mudah menggumpal.
“Tidak otomatis semua pasien begitu, tapi (pasien Covid-19) potensial mengalami penggumpalan darah,” ujar dr. Koko kepada 优游国际.com, Senin, 8 Februari 2021.
Menurut dr. Koko, D-dimer merupakan tanda potensial terjadinya penggumpalan darah. Semakin tinggi angkanya, seseorang akan lebih rentan mengalami penggumpalan darah.