KOMPAS.com - Ahli Tsunami Indonesia, Widjo Kongko mengatakan, bahwa siklon tropis atau badai Seroja tidak memicu terjadinya gelombang tsunami, melainkan hanya meteo-tsunami.
"Siklon (tropis) Seroja bisa timbulkan apa yang disebut meteo-tsunami," kata Widjo kepada 优游国际.com, Selasa (6/4/2021).
Pernyataan Widjo Kongko ini menanggapi isu terkait prediksi gelombang tsunami, yang bisa terjadi di sejumlah wilayah Indonesia akibat siklon tropis Seroja.
Baca juga: BMKG Bantah Isu Gelombang Tsunami Akan Menghantam NTT
Sebagai informasi, sebelumnya dalam konferensi pers pada Senin (5/4/2021), Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, karena pergerakannya telah menjauh, maka diprediksi akan ada dampak tidak langsung dari siklon tropis Seroja ini.
"Dampak pada hari ini hingga tanggal 7 April 2021 yang akan sangat dirasakan, yakni hujan lebat, angin kencang hingga gelombang tinggi," kata Dwikorita.
"Yang dikhawatirkan ini (gelombang tinggi) mirip tsunami. Jadi gelombang tinggi masuk ke darat. Meski tidak sekuat gelombang tsunami tapi sama-sama masuk ke darat dan merusak," imbunya.
Lantas apa itu meteo-tsunami? Apa kaitannya dengan badai siklon tropis Seroja?
Meteo-tsunami adalah sebutan singkat dari tsunami meteorologi.
Meteo-tsunami ini disebabkan oleh peristiwa cuaca seperti badai, tornado, badai petir, kondisi atmosfer pada umumnya, atau apapun yang menyebabkan terjadinya perubahan tiba-tiba dalam tekanan atmosfer.
Perubahan ini menghasilkan tinggi gelombang kecil (kurang dari 5 cm) di perairan dalam, tetapi seperti tsunami konvensional, gelombang ini tumbuh lebih tinggi saat bergerak ke perairan dangkal dan menghantam pantai.
"Tinggi meteo-tsunami biasanya moderate atau sedang, di bawah 6 meter," ucap Widjo.
Baca juga: 3 Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem dan Banjir di NTT, BMKG Jelaskan