KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan mengatakan populasi beruang kutub telah mencapai batas kemampuan mereka untuk bertahan hidup selagi menyusutnya es di perairan Arktika.
Hewan karnivora itu bergantung pada lautan es di Samudera Arktika untuk memburu anjing laut.
Ketika es pecah, hewan-hewan tersebut terpaksa berkelana jauh atau ke pinggir pantai, yang justru membuat mereka kewalahan mencari makan dan memberi santapan pada anak-anak mereka.
Beruang kutub telah menjadi "contoh bukti perubahan iklim", kata Dr Peter Molnar dari Universitas Toronto di Ontario, Kanada.
Baca juga:
"Beruang kutub sudah berada di puncak dunia; jika es meleleh, mereka tidak punya tempat lagi," ujarnya.
Beruang kutub dimasukkan daftar hewan terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Berbagai kajian menunjukkan penyusutan es di lautan kutub boleh jadi merupakan faktor utama menurunnya populasi beruang tersebut, bahkan mungkin secara signifikan.
Kajian terkini, yang dipublikasikan pada jurnal Nature Climate Change, mencantumkan lini masa kapan hal itu mungkin terjadi.
Dengan membuat permodelan energi yang digunakan beruang kutub, para peneliti mampu menghitung batas kemampuan mereka bertahan hidup.
"Yang kami perlihatkan adalah, pertama, kita akan kehilangan anak-anak beruang. Anak-anak akan lahir, namun induk beruang tidak punya cukup lemak untuk memproduksi susu yang diperlukan agar mereka bisa bertahan pada musim tanpa es," kata Dr Steven Amstrup, kepala ilmuwan dari Polar Bears International yang juga terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan kepada BBC News.
"Kita semua tahu kita hanya bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang pendek. Itulah kenyataan biologis bagi semua spesies," imbuhnya.
Para peneliti juga mampu memprediksi kapan batas kemampuan ini akan tercapai di berbagai bagian di Arktika.
Ini mungkin sudah terjadi di beberapa area yang dihuni beruang kutub, kata para ilmuwan.
"Menunjukkan seberapa dekat ancaman ini bagi populasi beruang kutub yang berbeda, adalah pengingat bahwa kita harus bertindak sekarang atau menuju masalah di masa depan yang akan dihadapi kita semua," jelas Dr Amstrup.
"Posisi kita pada lintasan ke depan tidak bagus, namun jika seluruh masyarakat bekerja sama, kita punya waktu untuk menyelamatkan beruang kutub. Dan jika kita melakukannya, semua di Bumi akan diuntungkan, termasuk kita sendiri."