JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun tengah gencar melakukan penataan Kawasan Sumber Umis, Kota Madiun, Provinsi Jawa Timur.
Video konsep penataan kawasan tersebut telah beredar luas dan menjadi perbincangan publik di media sosial.
Video tersebut menggambarkan rencana pembangunan sejumlah replika tengara dari berbagai negara dunia.
Seperti ikon Singapura, patung Merlion yang bahkan telah dibangun dan diresmikan pada 30 Desember 2020 lalu.
Selain patung Merlion, terdapat pula replika ikon negara lain, di antaranya Jam Big Ben Inggris, Kincir Angin Belanda, Menara Eiffel Perancis, replika bangunan Ka'bah dan Hotel Zam-Zam Tower Arab Saudi.
Baca juga:
Menanggapi hal itu, Urbanis dan Pemerhati Bangunan Cagar Budaya Bambang Eryudhawan mengatakan penataan Kawasan Sumber Umis Kota Madiun Jawa Timur menunjukkan tidak kreatifnya Pemerintah Kota Madiun dalam membangun kota.
"Pemkot Madiun ini maunya instan, males mikir, padahal banyak potensi budaya yang bisa digali dan dijadikan landmark," kata Yudha saat dihubungi 优游国际.com, Senin (08/02/2021).
Karenanya dalam melakukan penataan kota penting adanya keterlibatan ahli, budayawan dan seniman di daerah tersebut.
Yudha menengarai, penataan Kawasan Sumber Umis Kota Madiun ini tidak melibatkan seniman setempat.
Tujuannya hanya sebatas untuk mencari keuntungan ekonomi saja namun menafikan peran penting kebudayaan.
Baca juga:
"Jadi penataan kota ini menafikan aspek kebudayaan, imajinasi, dan yang ada hanya keputusan bisnis semata," imbuh Yudha.
Dia menegaskan pentingnya peran seniman dalam penataan sebuah kota. Contohnya, pada masa Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta, peran seniman sangat dimaksimalkan oleh pemerintah saat itu terutama untuk membangun pusat-pusat kebudayaan seperti di Taman Ismail Marzuki (TIM).
"Dulu itu waktu Ali Sadikin jadi Gubernur DKI, pemerintah dan seniman saling berkolaborasi dalam menata kota, hasilnya dibuatlah TIM dan menghasilkan karya-karya seperti Sardono dan WS Rendra," ungkap Yudha.