11 dari 13 kota dalam Indeks Harga Rumah Seken mengalami kenaikan harga bulanan rumah seken, dengan Surakarta atau Solo memimpin kenaikan tertinggi sebesar 6,3 persen.
Sedangkan secara tahunan, kenaikan harga rumah seken secara konsisten masih dipegang Denpasar, yakni 19,8 persen.
Pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada November 2023, yakni sebesar 8,3 persen secara year-on-year (yoy).
"Harga rumah di Surakarta meski mengalami fluktuasi setiap bulannya, secara umum menunjukkan tren yang meningkat sejak awal tahun 2023 lalu," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (26/8/2024).
Dari sisi permintaan, Solo sempat mengalami penurunan permintaan yang signifikan pada periode Februari-Maret 2023. Permintaan rumah yang dijual turun 37,9 persen pada Februari 2023 dan permintaan rumah yang disewa turun 38,4 persen pada Maret 2023.
Namun memasuki tahun 2024, permintaan rumah yang dijual naik 61 persen secara tahunan, dibandingkan Februari 2023, dan rumah yang disewa naik 36,5 persen dibandingkan Maret 2023.
Jika disimpulkan, tren ini mengindikasikan permintaan rumah yang dijual dan disewa di Solo secara umum bergerak naik meski terbilang fluktuatif.
Sepanjang periode Januari-Juli 2024, area paling populer dalam permintaan rumah seken di Surakarta adalah Banjarsari (35,2%), Jebres (30,4%) dan Laweyan (22,3%).
Sementara, Serengan dan Pasar Kliwon mencatatkan proporsi popularitas yang lebih kecil dengan masing-masing 7,1 persen dan 4,9 persen.
Salah satu alasannya, Serengan dan Pasar Kliwon memiliki area yang lebih kecil dibandingkan kecamatan lainnya, sehingga mencatatkan permintaan yang lebih sedikit.
Sementara wilayah lain, seperti Banjarsari dan Laweyan merupakan dua area yang terbilang strategis lantaran juga berlokasi paling dekat dari Bandar Udara Adi Soemarmo.
Segmen Harga Rumah Rp 1-3 Miliar Paling Diminati
Berdasarkan data Rumah123, permintaan rumah seken di Banjarsari didominasi kelas menengah atas.
Permintaan tertinggi tercatat pada rentang harga Rp1-3 miliar (40,7%) diikuti rentang harga Rp 400 juta-Rp 1 miliar (30,8%). Sementara properti dengan harga di atas Rp 3 miliar juga mencatatkan permintaan yang cukup tinggi, sebesar 19,4 persen.
Di Jebres, permintaan didominasi oleh kelas menengah dan menengah-atas dengan proporsi permintaan tertinggi terdapat pada harga Rp 400 juta-Rp 1 miliar (37,3%) diikuti oleh rentang harga di bawah Rp 400 juta (33,3%). Sementara segmen harga Rp 1-3 miliar mencatatkan permintaan sebesar 22,4 persen.
Laweyan dan Serengan menunjukkan karakteristik pasar yang mirip, didominasi oleh kelas menengah dan menengah-atas.
Permintaan tertinggi berada pada rentang harga Rp 1-3 miliar, dengan proporsi sebesar 24,5 persen di Laweyan dan 27,4 persen di Serengan.
Untuk segmen harga Rp 400 juta-Rp 1 miliar, permintaan tercatat sebesar 21,1 persen di Laweyan dan 20,2 persen di Serengan. Untuk properti dengan harga di atas Rp 5 miliar, permintaan di Laweyan cukup tinggi, mencapai 22,3 persen, sementara di Serengan sebesar 14,3 persen.
Di sisi lain, Pasar Kliwon mencatat permintaan dari kelas menengah dan menengah bawah, dengan proporsi permintaan tertinggi untuk properti di bawah Rp 400 juta sebesar 42,7 persen.
Selanjutnya, permintaan rumah dengan harga Rp 1-3 miliar tercatat 29,9 persen, dan untuk harga Rp 400 juta-Rp 1 miliar sebesar 20,5 persen.
Generasi Muda-Dewasa Mendominasi
Pencari properti di Surakarta didominasi oleh mereka yang berusia 25-34 tahun (31,6%), disusul kelompok usia 45-54 tahun (23,6%), 18-24 tahun (18,1%), 35-44 tahun (17,9%), 55-64 tahun (8,7%), dan di atas 65 tahun (0,3%).
Sementara dari sisi asal domisili, mayoritas pencari properti berasal dari Surakarta sendiri, sebesar 24,3 persen, diikuti individu asal Jakarta (19,1%), Semarang (17,1%), dan Surabaya (4,3%).
Permintaan dari Jakarta serta kota-kota besar lainnya, seperti Semarang dan Surabaya, menunjukkan persentase yang cukup signifikan sepanjang Januari hingga Juli 2024.
Ke depan, posisi Surakarta akan semakin diperkuat oleh jaringan tol Yogyakarta-Surakarta, yang menghubungkan kawasan Surakarta Raya dengan Yogyakarta. Akses ke Bandara Internasional Yogyakarta juga menjadi semakin mudah.
Dengan adanya tol yang menghubungkan Surakarta dan Yogyakarta, sektor pariwisata di kawasan Jawa Tengah dan sekitarnya semakin terintegrasi, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada sektor properti, terutama dalam hal penyediaan akomodasi di Surakarta dan sekitarnya.
/properti/read/2024/08/26/170000621/harga-rumah-seken-di-solo-naik-paling-tinggi-secara-bulanan