Selain itu, lembaga terkait seperti LMKN juga belum betul-betul menyentuh substansi persoalan sehingga perselisihan soal sistem dan mekanisme royalti masih terus diperdebatkan.
Dalam acara Q&A MetroTV, dikutip pada Rabu (16/4/2025), Hendri Satrio selaku pakar komunikasi politik sekaligus pendiri pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) menyebut persoalan royalti menjadi rumit karena masyarakat menangkapnya berdasarkan fans atau tokoh idola, bukan persoalan pokoknya.
Hal ini, kata Hendri Satrio, membuat orang memberikan dukungan karena di mana idolanya berada soal posisinya mengenai royalti, bukan soal sistemnya.
“Jadi lembaga survei Kedai Kopi sempat bikin FGD (Focus Group Discussion) dan ternyata ditemukan di akar rumput itu rumit soal royalti ini penerimaannya, karena pada akhirnya, akar rumput malah melihatnya ke fans base, bukan ke persoalannya,” kata Hendri Satrio.
“Jadi yang fans Ahmad Dhani dan Piyu bela AKSI soal royalti, yang bela Ariel dan BCL dukung penyanyi dll, ini kan menjadi kompleks,” tutur Hendri Satrio.
Melihat hal tersebut, musisi Ahmad Dhani pun mengakui bahwa perselisihan soal royalti berkembang ke arah fans karena melibatkan banyak idola atau tokoh populer di industri musik.
Ini, kata Ahmad Dhani, membuat orang jadi sulit obyektif dalam menilai persoalan royalti itu sendiri.
“Iya, jadi hilang obyektivitasnya,” ujar Ahmad Dhani.
Ahmad Dhani menyebutkan, dirinya sendiri bersama kawan-kawan yang satu sikap yang tergabung dalam asosiasi musisi AKSI berada pada posisi memperjuangkan hak pencipta lagu atau komposer dalam hal sistem royalti.
“Jadi selama ini di AKSI memperjuangkan kesejahteraan pencipta yang selama ini terbengkalai, melalui konser musik, sementara yang satunya lagi pengin kalau bisa penyanyi kaya raya tanpa perlu minta izin, sudah itu aja,” ucap Ahmad Dhani.
/hype/read/2025/04/16/160525866/persoalan-royalti-merambat-ke-fans-base-ahmad-dhani-jadi-hilang