优游国际

SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Perusahaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) milik Elon Musk merilis versi terbaru dari chatbot-nya, Grok 3 pada Senin (17/2/2025).

Bos SpaceX tersebut berharap chatbot ini dapat bersaing di sektor AI yang sangat kompetitif, menghadapi pesaing seperti ChatGPT dan DeepSeek dari China.  

"Grok ada untuk memahami alam semesta," kata Musk dalam presentasi peluncuran Grok 3, dikutip dari AFP.

Baca juga: Canggih, Perangkat AI Ini Bisa Rekam Setiap Detik Momen Hidup Pengguna

"Kami terdorong oleh rasa ingin tahu tentang hakikat alam semesta. Itulah sebabnya kami menciptakan AI yang bisa mencari kebenaran secara maksimal," imbuhnya.

Musk mempromosikan Grok 3 sebagai chatbot yang sangat pintar dengan sepuluh kali lipat kapasitas komputasi dibandingkan versi sebelumnya, yang dirilis pada Agustus tahun lalu.  

Chatbot unggulan dari perusahaannya, xAI, ini dilatih menggunakan data sintetis dan memiliki mekanisme self-correction untuk menghindari kesalahan dalam menghasilkan informasi.

"Grok 3 memiliki kemampuan penalaran yang sangat kuat. Dalam uji coba sejauh ini, Grok 3 mengungguli semua chatbot yang telah dirilis," ungkap Musk dalam panggilan video dengan World Governments Summit di Dubai pekan lalu.  

Chatbot AI ini akan tersedia pertama kali bagi pelanggan Premium+ di media sosial X.

Baca juga:

• Perang AI Global: Indonesia di Persimpangan antara Dominasi AS dan China
• DeepSeek Diblokir di Korea Selatan, Ada Apa?

Melansir dari AFP, Senin (17/2/2025), peluncuran Grok 3 terjadi di tengah langkah Musk menggunakan kekuasaan besar yang diberikan kepadanya oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merombak dan membubarkan sejumlah lembaga federal.  

Dalam pemerintahannya yang baru, Trump menjadikan teknologi sebagai prioritas utama.

Para miliarder teknologi memainkan peran penting dalam pelantikannya, dan Gedung Putih telah mengumumkan berbagai inisiatif besar terkait infrastruktur AI.

Di masa depan, Grok 3 diharapkan dapat terus bersaing di pasar global yang semakin ketat, di mana banyak negara berlomba mengembangkan produk AI yang lebih canggih dan hemat biaya.

Baca juga: AS Selidiki Dugaan Penggunaan Chip AI Terbatas oleh DeepSeek