优游国际

BEIRUT, KOMPAS.com - Israel melancarkan serangan udara di Lebanon pada Minggu (12/1/2025), menargetkan kelompok Hizbullah dan rute penyelundupan di sepanjang perbatasan dengan Suriah.

Serangan ini semakin membebani gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hizbullah, yang mulai berlaku pada 27 November 2024.

Badan Berita Nasional Lebanon melaporkan, pesawat Israel menargetkan pinggiran Janta di wilayah Baalbek timur serta daerah dekat Nabatieh di selatan.

Baca juga: Lebanon Isi Kursi Kepresidenan karena Hizbullah Melemah

Hingga saat ini, belum ada informasi mengenai korban jiwa akibat serangan tersebut.

Militer Israel menyatakan, serangan ini ditujukan pada sejumlah target yang telah diidentifikasi sebagai ancaman dan telah disampaikan kepada pemantau gencatan senjata.

"Di antara target yang diserang adalah lokasi peluncur roket, lokasi militer, dan rute di sepanjang perbatasan Suriah-Lebanon yang digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Hizbullah," ungkap mereka, seperti dikutip dari AFP pada Senin (13/1/2025).

Serangan ini terjadi hanya dua minggu sebelum batas waktu 26 Januari untuk melaksanakan gencatan senjata yang disepakati pada November, di mana kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan tersebut.

Pernyataan militer Israel menegaskan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

Menurut ketentuan kesepakatan, Hizbullah diharuskan membongkar infrastruktur militernya yang tersisa di selatan dan menarik pasukannya kembali ke utara Sungai Litani, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan.

Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon bulan ini telah menuduh Israel melakukan pelanggaran mencolok terhadap resolusi Dewan Keamanan yang menjadi dasar gencatan senjata.

Baca juga:

Sebelumnya, serangan Israel di Lebanon selatan pada Jumat lalu dilaporkan menewaskan lima orang, menurut kementerian kesehatan Lebanon, sementara militer Israel menyatakan mereka menargetkan truk senjata Hizbullah.