WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemilihan Presiden AS 2024 mencatatkan kejutan besar, dengan Kamala Harris, calon dari Partai Demokrat, gagal mempertahankan dukungan perempuan yang sebelumnya dimiliki oleh Joe Biden.
Harris, yang berjuang untuk mempertahankan hak aborsi, justru mengalami penurunan signifikan dalam dukungan dari kelompok pemilih perempuan, yang mengarah pada kekalahannya di tangan Donald Trump.
Isu hak aborsi seharusnya menjadi kartu as dalam kampanye Harris, setelah Mahkamah Agung AS membatalkan putusan Roe v Wade pada 2022.
Baca juga: Dampak Serius Kekalahan Kamala Harris bagi Dinamika Politik AS
Namun, meski berfokus pada pembelaan hak reproduksi perempuan, Harris gagal menarik mayoritas pemilih perempuan yang semakin terfokus pada masalah ekonomi.
Dilansir Al Jazeera, David Schultz, seorang profesor ilmu politik, mengungkapkan bahwa Harris terlalu terobsesi dengan isu aborsi dan mengabaikan tantangan ekonomi yang lebih mendesak bagi pemilih perempuan, seperti inflasi dan biaya hidup yang semakin tinggi.
Hasil pemilu menunjukkan penurunan signifikan dalam dukungan perempuan terhadap Harris.
Pada 2020, Joe Biden meraih 57 perden suara perempuan, namun pada 2024, Harris hanya mendapatkan 54 persen.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa isu hak aborsi tidak cukup untuk memobilisasi perempuan, terutama di negara bagian swing, yang lebih fokus pada ekonomi.
Survei dari Kaiser Family Foundation menunjukkan bahwa bagi perempuan, masalah ekonomi jauh lebih penting daripada hak aborsi, dengan 36 persen responden menilai inflasi sebagai isu utama mereka, sementara hanya 13 persen yang menjadikan hak aborsi prioritas.
Sementara itu, Trump memusatkan kampanyenya pada kebijakan ekonomi, yang dinilai lebih relevan bagi pemilih kelas pekerja.
Baca juga: Kamala Harris dan Kegagalan Endorsement Politik
Alih-alih berfokus pada isu sosial, Trump menekankan pentingnya stabilitas ekonomi dan kebijakan yang mendukung kelas menengah.
Hal ini membuatnya mendapatkan dukungan lebih besar dari perempuan, terutama mereka yang merasakan dampak langsung dari krisis ekonomi.
Selain itu, keputusan Harris untuk memilih Gubernur Minnesota, Tim Walz, sebagai calon wakil presiden juga dianggap kurang strategis.
Minnesota sudah lama menjadi basis kuat Demokrat, dan Walz dianggap kurang dapat menarik pemilih di negara-negara bagian yang berayun, yang menjadi kunci kemenangan pemilu.
Meski demikian, Harris tetap mempertahankan dukungan yang kuat dari pemilih perempuan kulit hitam, yang memberi suara hampir 92 persen untuknya, jauh mengalahkan Trump. Namun, di
segmen pemilih Latina dan perempuan kulit putih tanpa gelar, Harris mengalami penurunan dukungan yang signifikan, yang berkontribusi pada kekalahannya.
Baca juga: Kamala Harris Akui Kekalahan dari Donald Trump, Ucapkan Selamat dan Janji Bantu dalam Masa Transisi
Kekalahan Harris ini menjadi pelajaran berharga bagi Partai Demokrat, yang harus menyadari bahwa meskipun isu hak reproduksi penting, ekonomi menjadi faktor yang jauh lebih mendesak bagi pemilih perempuan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.