Ini termasuk upaya mengirim militer ke Belarusia untuk hentikan pemberontakan anti-bonekanya, Lukashenko.
Upaya Putin memperpanjang kekuasaan dengan limit ia putuskan sendiri, dengan mengubah konstitusi, adalah langkah awal dari realisasi impian besarnya.
Ukraina tidak niat berperang, tanpa Plan A dan B, karena tidak mengenal baik Putin, yang masih akan berkuasa hingga tahun 2036.
Sulit memperkirakan perang ini tidak bereskalasi. Rusia sendiri punya kemampuan deteren hebat untuk cegah intervensi Barat.
Dengan peringatan tidak ada ‘point of no return,’ Putin mengungkap dirinya tidak terhentikan, kecuali jika keinginannya telah terpenuhi.
NATO dan AS akan terpaksa terlibat perang, apalagi jika diprovokasi dengan serangan ke salah satu anggotanya, yang berbatasan dengan Belarusia.
Dengan penggunaan misil-misil supersonik lintas benua yang bisa memuat kepala nuklir untuk wujudkan impiannya itu, perang akan lebih merusak dan berkepanjangan.
Bukan cuma Macron yang sadar ini, sehingga Biden dan Kepala NATO, Jens Stoltenberg, tetap berhati-hati merespons langkah Putin, walaupun jengah juga dengan kritik ‘No Action Talk Only’ untuk NATO.
Solusi memalukan Putin yang bukan kali pertama digelar di Eropa Timur dan Timur Tengah, dan Suriah, ini sudah merusak hebat.
Alasan membuka akses dari isolasi Barat bukan tujuan perang utama. Yang jelas, upaya menghentikan agresivitas Putin dengan menjatuhkan beragam sanksi ekonomi yang berat, masih membutuhkan waktu.
Jika Ukraina wilayah Donbass jatuh pun, Putin akan terus memprovokasi NATO dan AS, sebab sanksi ekonomi tidak berarti. Ia telah menyiapkan Rusia untuk perang besar dan berkepanjangan dengan mesin dan bahan bakar perang dan logistik nasional yang cukup.
Kesepakatan dengan Presiden Xi Jinping akan mendukung akses China untuk menggelar ofensifnya ke Pasifik demi mengamankan kepentingannya, terutama atas Taiwan dan Laut China Selatan, selama masa kekuasaannya yang tidak terbatas.
Kehadiran 5 negara pendukung, termasuk Myanmar, akan membuat suram kawasan. Tanpa solusi alternatif menahan eskalasi perang, kondisi yang menyulut Perang Dingin II, atau Perang Dunia III akan tercipta.
Situasinya mirip awal Perang Dunia II dulu, dengan tokoh pencetus dan aktor yang berlaga berbeda, namun sama tujuan: melakukan imperialisme dan mengembangkan wilayah pengaruh dan hegemoni.
Jika skenario ini terjadi, maka catatan terakhir dari kedua karya klasik perang di atas adalah, kompleksitas yang muncul kemudian akan menyebabkan pencetus perang menghalangi untuk segera dapat membatasi dan mengakhiri perang, apalagi dengan gelar perang generasi keempat (War 4.0) dewasa ini.
*Penulis adalah research professor BRIN dan penulis buku Masalah Keamanan Abad ke-21, 2021.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.