KOMPAS.com - Pada 2 Oktober 2018, Jamal Khashoggi, seorang jurnalis dan kritikus pemerintah Arab Saudi yang berbasis di AS, berjalan ke konsulat Saudi di Istanbul, di mana ia dibunuh.
Pada bulan-bulan berikutnya, muncul narasi yang saling bertentangan tentang bagaimana ia meninggal, apa yang terjadi pada jenazahnya, dan siapa yang bertanggung jawab.
Dilansir BBC, pejabat Saudi mengatakan wartawan itu tewas dalam "operasi pemberontakan" oleh tim agen yang dikirim untuk membujuknya untuk kembali ke kerajaan.
Baca juga: Soal Pembunuhan Jamal Khashoggi, Biden dan Pangeran MBS Saling Menyalahkan
Sementara pejabat Turki mengatakan para agen tersebut bertindak atas perintah dari tingkat tertinggi pemerintah Saudi.
Siapa sebenarnya Jamal Khashoggi?
Sebagai jurnalis Saudi terkemuka, ia meliput berita besar, termasuk invasi Soviet ke Afghanistan dan kebangkitan pemimpin al-Qaeda Osama Bin Laden, untuk berbagai organisasi berita Saudi.
Selama beberapa dekade, pria 59 tahun itu dekat dengan keluarga kerajaan Saudi dan juga menjabat sebagai penasihat pemerintah.
Tapi dia tidak mendukungnya dan pergi mengasingkan diri di AS pada tahun 2017.
Baca juga: Korban Salah Tangkap Dikira Pembunuh Jamal Khashoggi Ungkap Mengerikannya Penjara Perancis
Dari sana, ia menulis kolom bulanan di Washington Post di mana ia mengkritik kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putra Raja Salman dan penguasa de facto Arab Saudi.
Dalam kolom pertamanya untuk Post pada September 2017, Khashoggi mengatakan bahwa ia takut ditangkap dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang diawasi oleh sang pangeran.
Khashoggi pertama kali mengunjungi konsulat Saudi di Istanbul pada 28 September 2018 untuk mendapatkan dokumen Saudi yang menyatakan bahwa ia bercerai, sehingga ia dapat menikahi tunangan Turki-nya, Hatice Cengiz.
Tapi dia diberitahu dia harus kembali untuk mengambil dokumen dan diatur untuk kembali pada 2 Oktober.
"Dia tidak percaya bahwa sesuatu yang buruk bisa terjadi di tanah Turki," tulis Cengiz di Post.
Baca juga: Jalan di Depan Kedubes Arab Saudi di AS Akan Dinamai Jamal Khashoggi
Cengiz menemaninya ke pintu masuk konsulat pada 2 Oktober. Dia terakhir terlihat di rekaman CCTV memasuki gedung pada pukul 13.14 waktu setempat.
Meskipun teman-teman meyakinkan bahwa ia tidak akan menghadapi masalah di dalam, ia memberi Cengiz dua ponsel dan mengatakan kepadanya untuk memanggil penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan jika ia tidak kembali keluar.