Pada 2019, Sri Lanka memiliki cadangan devisa sebanyak 7,6 miliar dollar AS (Rp 114,4 triliun), namun jumlah itu menipis, hanya 250 juta dollar AS (Rp 3,7 triliun).
Baca juga: Presiden Sri Lanka Mendarat di Singapura, Minta Suaka?
Perang saudara di Sri Lanka yang berlangsung selama tiga dekade berakhir pada 2009.
Pascaperang, pemerintah melakukan pembangunan secara besar-besaran dan banyak berinvestasi pada infrastruktur, seperti jalan dan pelabuhan.
Dana infrastruktur itu berasal dari utang dan negara itu kini dibebani dengan beban utang sebesar 51 miliar dollar AS (Rp 767,3 triliun)—termasuk 6,5 miliar dollar AS (Rp 97,7 triliun)—utang ke China.
Membayar pinjaman luar negeri itu telah menguras cadangan devisa, menyisakan sedikit yang tersisa untuk membeli makanan.
Negara-negara maju yang tergabung dalam G7—Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat—menyatakan mendukung upaya Sri Lanka untuk mengurangi pembayaran utangnya.
Bank Dunia menyetujui untuk memberi pinjaman sebesar 600 juta dollar AS (sekitar Rp 9 triliun) kepada Sri Lanka. India juga telah menawarkan pinjaman sebesar 1,9 miliar dollar AS (Rp 28,5 triliun).
Pemerintah Sri Lanka juga sedang dalam proses negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait rencana pinjaman 3 miliar dollar AS (Rp 45,1triliun).
Baca juga: Presiden Sri Lanka Tinggalkan Maladewa Menuju Singapura, Naik Pesawat Saudia
Di jalan-jalan Kolombo, perasaan marah terhadap Presiden Gotabaya Rajapaksa yang digulingkan—dan keluarganya yang mendominasi politik selama dua dekade terakhir—sangat terlihat.
Para pengunjuk rasa menyalahkan presiden—dan keluarga besarnya yang menjabat di pemerintahan—atas kekacauan itu.
Kakak laki-laki Gotabaya, Mahinda Rajapaksa, menjabat sebagai presiden selama satu dekade sejak 2005.
Keluarga Rajapaksa dituding mengumpulkan kekayaan dengan korupsi, hal yang dibantah oleh keluarga itu.
Ketika Gotabaya menjadi presiden, dia mengangkat Mahinda sebagai perdana menteri.
Namun karena aksi protes dari warga yang terus meningkat, Mahinda mengundurkan diri pada Mei tahun ini.
Gotabaya, yang merupakan mantan kolonel tentara, juga mengisi pemerintahannya dengan mantan tentara.
Rajapaksa bersaudara berutang banyak kepada militer Sri Lanka atas peran mereka dalam mengalahkan separatis Tamil.
Namun para kritikus mengatakan militer tidak melakukan apa pun untuk rekonsiliasi dengan minoritas Tamil dan menuduh mereka bersikap lunak terhadap kelompok garis keras Sinhala yang menjadikan umat Muslim sebagai sasaran mereka.
Kedua saudara itu kini telah mengundurkan diri, tapi hingga belum jelas bagaimana nasib kevakuman kekuasaan yang mereka tinggalkan.
Baca juga: Krisis Sri Lanka, Pedemo Akan Kembalikan Gedung-gedung Pemerintah yang Diduduki
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.