WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Tim di Johnson & Johnson (J&J), AstraZeneca, dan Universitas Oxford bekerja sama dengan ilmuwan luar untuk memodifikasi vaksin Covid-19 mereka guna mengurangi atau menghilangkan risiko pembekuan darah langka tetapi berbahaya yang telah dikaitkan dengan vaksin Covid-19.
Penelitian ini masih dalam tahap awal. Namun, berkat dorongan para ilmuwan independen di Eropa, AS, dan Kanada, produsen vaksin Covid-19 itu telah memperoleh petunjuk yang berkembang pesat tentang bagaimana gumpalan terbentuk.
“(Petunjuk) itu meningkatkan harapan untuk mengidentifikasi penyebabnya dan kemungkinan merekayasa ulang vaksin AstraZeneca untuk tahun depan,” The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Selasa (13/7/2021), mengutip beberapa orang yang mengetahui proses tersebut.
Baca juga: Myanmar Akan Terima Enam Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari China
Belum pasti apakah kedua vaksin itu dapat dimodifikasi atau apakah masuk akal secara komersial untuk melakukannya, menurut surat kabar itu.
Seorang juru bicara J&J mengatakan kepada WSJ bahwa perusahaan mendukung "penelitian dan analisis lanjutan saat kami bekerja dengan para ahli medis dan otoritas kesehatan global".
AstraZeneca mengatakan secara aktif bekerja dengan regulator dan komunitas ilmiah untuk memahami peristiwa pembekuan darah yang sangat langka ini, termasuk informasi untuk mendorong diagnosis dan intervensi dini, dan perawatan yang tepat, WSJ melaporkan.
Pada April, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyerukan penghentian sementara penggunaan vaksin Covid-19 J&J.
Penghentian itu dilakukan setelah vaksin Covid-19 satu dosis tersebut dikaitkan dengan kasus pembekuan darah parah, tetapi jarang terjadi. Aturan itu kemudian dicabut setelah badan itu menentukan bahwa manfaat vaksin melebihi risikonya.
Vaksin AstraZeneca belum disetujui untuk digunakan di AS, tetapi digunakan secara luas di bagian lain dunia.
Baca juga: Remaja di Norwegia Mengaku Payudara Membesar Setelah Disuntik Vaksin Covid-19
WSJ melaporkan regulator di Inggris dan Eropa, di mana vaksin itu banyak digunakan, merekomendasikan bahwa orang yang lebih muda, yang dianggap lebih rentan terhadap pembekuan, menerima vaksin Covid-19 yang berbeda,.
Secara terpisah, vaksin J&J dan AstraZeneca sedang diteliti terkait dengan sindrom Guillain-Barre, gangguan di mana sistem kekebalan menyerang saraf.
Pada Senin (12/7/2021), regulator AS menambahkan, peringatan ke vaksin J&J tentang risiko kecil, tetapi meningkatkan terkait gangguan tersebut.
CDC mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa sekitar 100 laporan awal sindrom Guillain-Barre telah terdeteksi setelah 12,8 juta dosis suntikan vaksin Covid-19 J&J di AS.
Regulator di Eropa juga merekomendasikan peringatan serupa bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca dapat menyebabkan peningkatan risiko sindrom Guillain-Barre.
Baca juga: WHO: Kacau Pencampuran Vaksin Covid-19 Berbeda Produsen oleh Individu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.