Armitha yang akrab disapa Mitha meninggal dunia pada Selasa, 11 Juli 2023 setelah mobilnya mengalami kecelakaan.
Jenazahnya dimandikan oleh warga Indonesia di Adelaide dengan bantuan sukarelawan dari masjid tersebut.
Setelah dimandikan, jenazahnya kemudian dishalatkan pukul 11.25 waktu setempat.
Prosesi ini diikuti oleh keluarga, teman, dan anggota komunitas Indonesia di Adelaide lainnya.
Menurut staf protokol konsuler KJRI Sydney, Arya Putubaya, jenazah Mitha akan direpatriasi ke Indonesia pada Sabtu (22/7/2023).
"Alhamdulillah Sabtu pagi besok sudah bisa dipulangkan, jadi kami dari KJRI menyelesaikan proses paperwork-nya juga sehingga hari Sabtu bisa terbang," katanya.
“Hari Minggu Inshallah sudah sampai di Surabaya dan akan dijemput oleh keluarga di Surabaya di bandara," kata Arya kepada jurnalis ABC Indonesia, Natasya Salim.
Menurut Arya, jenazah Mitha kemudian akan dijemput ambulans untuk dibawa ke kampung halamannya di Malang.
Ia pun hadir pada Jumat untuk melepas kakak perempuan satu-satunya itu.
"Pihak keluarga merasa kehilangan semua, karena Mbak Mitha itu orangnya ceria," kata Robby.
"Ibu bahkan enggak jadi datang ke sini karena masih cukup emosional. Setiap hari masih menangis terus."
"Cita-citanya besar," kata Robby yang bertekad untuk melanjutkan mimpi mendiang Mitha.
“Mulai dari sekolah sudah keras di rumah, mulai kuliah sudah hardworking. Kita termasuk keluarga sederhana, jadi Mbak Mitha kalau mau apa-apa usaha sendiri, semampunya, semaksimal mungkin,” tuturnya kepada ABC Indonesia di Adelaide.
Robby mengatakan, repatriasi jenazah Mitha adalah permintaan ibunya.
“Permintaannya ibu sih, buat disemayamkan di sebelahnya nenek, kakek, deket rumah juga biar bersebelahan semuanya bertiga,” katanya.
“Semoga Mbak Mitha ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya.”
Selama di Australia, Robby didampingi staf KJRI Sydney melakukan beberapa prosedur, seperti misalnya menutup akun bank Mitha di Australia.
Saldo tersebut dikembalikan kepada keluarga Mitha, bersama dengan barang-barang yang ada di mobilnya, seperti pakaian dan bahan makanan.
Arya mengatakan, pihaknya sudah bertemu dengan polisi untuk mendapat laporan sementara.
Ia mengatakan penyelidikan polisi Australia atas kronologi kecelakaan bisa memakan waktu setidaknya enam bulan.
“Masih ada beberapa hal yang pending, mereka mau menarik data dari mobil yang menabrak dari belakang,” katanya.
“Katanya mereka menunggu otopsi juga, karena hasilnya belum keluar. Otopsinya selesai, tapi hasilnya belum keluar.”
ABC Indonesia sudah menghubungi pihak kepolisian Australia Selatan mengenai perkembangan penyelidikan, tetapi pihaknya belum memberikan informasi terbaru.
Dalam periode 9 Juli hingga 15 Juli 2023, dana yang terkumpul sudah melebihi Rp 600 juta.
Dana yang terkumpul tersebut menurut Eni diterima organisasinya tidak hanya dari komunitas Indonesia di Adelaide, tapi juga dari bekas tempat kerja lama Mitha, hingga orang-orang di Indonesia.
Uang tersebut sudah dipakai untuk membiayai pemakaman Mitha senilai setidaknya 15.535 dollar Austrakua (lebih dari Rp 150 juta), selain dari tiket penerbangan adik Mitha yaitu Robby, dan ongkos perjalanan dan makan teman-teman Mitha di Sydney ataupun Renmark.
“Kalau dari nominalnya sih enggak sebanding dengan pengorbanan mereka,” kata Eni.
“Saya bersyukur semua sudah selesai dan berjalan dengan lancar, tugas sudah mendekati selesai, mudah-mudahan besok terbang dengan selamat ke Indonesia.”
/global/read/2023/07/22/170000170/jenazah-armitha-seha-safitri-wni-yang-tewas-kecelakaan-di-australia