优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Militer Myanmar Minta Keluarga Bayar Rp 1,2 Juta jika Ingin Ambil Jenazah Kerabat yang Tewas

“Sedikitnya 82 orang tewas Jumat di Bago, 90 kilometer (56 mil) timur laut Yangon. Insiden terjadi setelah kota itu "digerebek" oleh pasukan keamanan militer,” kata kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) melansir CNN.

AAPP melaporkan lebih dari 700 orang tewas sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih Myanmar dalam kudeta 1 Februari.

Sejak itu, pasukan keamanan junta yang terdiri dari polisi, tentara, dan pasukan elite kontra-pemberontakan telah melakukan tindakan keras sistematis, terhadap pengunjuk rasa yang tidak bersenjata dan damai. Mereka menahan sekitar 3.000 orang dan memaksa para aktivis bersembunyi.

AAPP juga mengatakan Militer Myanmar menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Bago pada Jumat, menggunakan senapan serbu, granat berpeluncur roket (RPG), dan granat tangan.

Banyak penduduk telah melarikan diri ke desa terdekat sejak penggerebekan hari Jumat. Internet telah terputus di daerah itu sejak hari itu dengan pasukan keamanan sedang menggeledah lingkungan sekitar.

"Saya tinggal di jalan utama. Pasukan keamanan sering datang dan pergi," kata seorang saksi mata yang tinggal di kota Bago, yang tidak dapat disebutkan namanya untuk tujuan keamanan, mengatakan kepada CNN pada Minggu (11/4/2021).

Menurutnya, mayat telah menumpuk di kamar mayat setelah penembakan. "Karena ancaman itu, kami harus pindah ke rumah di desa terpencil terdekat,"

Militer sekarang menuntut keluarga membayar 120.000 kyat Myanmar (85 dollar AS) untuk mengambil jenazah kerabat yang meninggal minggu lalu, menurut sebuah unggahan di Facebook dari Serikat Mahasiswa Universitas Bago.

Layanan Burma Radio Free Asia mengonfirmasi laporan dari Perkumpulan Mahasiswa Universitas Bago. CNN belum secara independen memverifikasi laporan tersebut dan telah menghubungi militer untuk memberikan komentar.

Sebuah kendaraan polisi diparkir di sebuah jalan di kota Okkalapa Selatan untuk memblokir pertemuan pengunjuk rasa anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Jumat (9/4/2021).

Militer Myanmar mengklaim pasukannya diserang oleh pengunjuk rasa di Bago Jumat, menurut surat kabar milik pemerintah Global New Light of Myanmar.

Dilaporkan juga bahwa pasukan keamanan diserang oleh kelompok perusuh saat memindahkan penghalang jalan yang diperkuat oleh para perusuh di jalan-jalan di Bago saat itu.

Junta juga mengklaim perusuh menggunakan senjata buatan tangan, botol api, panah, perisai dan granat buatan tangan, untuk menyerang pasukan keamanan.

Surat kabar itu mengatakan seorang pengunjuk rasa tewas dalam insiden Jumat (9/4/2021). "Bukti granat dan amunisi yang disita menunjukkan senjata kecil digunakan," tambah laporan itu.

Serangan balik 

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar menyerukan diakhirinya kekerasan pada Minggu (11/4/2021).

"Kami berduka atas hilangnya nyawa yang tidak masuk akal di Bago dan di seluruh negara di mana pasukan rezim dilaporkan menggunakan senjata perang melawan warga sipil," kata kedutaan dalam kicauan di akun Twitter resminya.

"Rezim memiliki kemampuan untuk menyelesaikan krisis dan perlu memulai dengan mengakhiri kekerasan dan serangan," tambahnya.

LSM Human Rights Watch menerbitkan surat pada Kamis (8/4/2021), yang mendesak Uni Eropa untuk "menerapkan sepenuhnya" sanksi terhadap militer dan "segera mengadopsi sanksi tambahan."

"Orang-orang Myanmar pernah melawan peluru militer, tetapi mereka dengan berani melanjutkan perjuangan mereka, tak henti-hentinya," kata surat itu.

Tetapi panglima militer, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, membela kudeta selama akhir pekan. Mereka mengklaim junta "tidak merebut kekuasaan, tetapi mengambil langkah-langkah untuk memperkuat sistem demokrasi multipartai," menurut Global New Light of Myanmar.

Juru bicara militer Mayjen Zaw Min Tun sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa para jenderal hanya "menjaga" negara sementara mereka menyelidiki "penipuan dalam pemilihan umum, dan pertumpahan darah di jalanan adalah kesalahan para pengunjuk rasa yang rusuh.”

/global/read/2021/04/12/215433070/militer-myanmar-minta-keluarga-bayar-rp-12-juta-jika-ingin-ambil-jenazah

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke