KOMPAS.com - Dari luar bangunan, penampakan Warkop Klodjen Djaja 1956 di Jalan Cokroaminoto, Malang, Jawa Timur, mirip dengan bioskop jadul.
Gedung yang ditempati warung kopi ini memang bangunan tua yang ditempelkan poster film dari kain yang dilukis. Ada poster film Si Buta Joko Sembung, Saur Sepuh, dan Gengsi Doong.
"Ngeprank tipis-tipis dengan pakai poster bioskop lama. Ada yang nyelonong masuk langsung nanya mana filmnya," kata pemilik Warkop Klodjen Djaja 1956 Didik Sapari dikutip dari
Baca juga: 6 Ceker Setan Enak di Malang, Siap-siap Kepedasan
Didik menyebutkan dirinya memang mau membangun kesan tahun 1980-1990-an di warkopnya.
Ia sengaja mencari poster film jadul dari internet, sepeda tua, dan toa masjid berukuran besar untuk eksterior warkop.
Triknya berhasil, banyak orang berfoto didepan warkop dan tertarik akan Warkop Klodjen Djaja 1956.
Saat pagi Didik juga rajin menyetel lagu-lagu lawas seperti Beatles dan Bee Gees dari toa yang ia taruh di depan warkop.
"Karena yang datang umumnya orang-orang tua sekitar pasar," kata Didik.
Pelanggan di warkop kebanyakan adalah pekerja pasar saat pagi hari.
Baca juga: 15 Bakso Enak di Malang Raya, Ada Bakso Prima dan Cak Man
Oleh karena itu, Didik juga menjual kopi dengan harga lebih murah yaitu Rp 2.000. Apabila bawa cangkir sendiri, kopi dihargai Rp 1.000. Saat sore, harga secangkir kopi dijual Rp 3.000.
Kopi yang dijual di Warkop Klodjen Djaja 1956 memang murah, tetapi Didik menegaskan dirinya tidak menggunakan kopi instan.
Alih-alih, pegawainya memproses sendiri biji kopi menjadi bubuk di warkopnya. Area dapurnya juga terbuka agar pelanggan bisa melihat proses pembuatan kopi.
Warkop Klodjen Djaja 1956 tidak hanya menjual kopi jadi, ada juga aneka camilan pendamping minum kopi.
Pelanggan juga bisa membeli biji kopi dan kopi bubuk dari warkop ini.
Nama Warkop Klodjen Djaja 1956 sendiri dipilih Didik karena disebelah warkop ada penjual daging legendaris yang buka sejak 1956. Lokasinya satu area gedung dengan warkop.