JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan pendidikan yang kerap berubah-berubah setiap berganti menteri dinilai membuat anak seperti kelinci percobaan.
Orangtua meminta kebijakan yang akan diterapkan mesti dikaji secara komprehensif dan disosialisasikan sampai ke tingkat orangtua.
Ibu dari anak kelas XI, Anna mengaku kesal dengan pemerintah yang tergesa-gesa saat mengubah kebijakan untuk anak SMA.
Ia sangat kebingungan dengan pemerintah yang berencana kembali menerapkan penjurusan di SMA.
"Kesel banget, anak jadi korban kelinci percobaan. Yang engga becus pemerintah, yang menderita anak," kata Anna saat dihubungi 优游国际.com, Senin (14/4/2025) sore.
Anna mengaku kurang setuju dengan perubahan kebijakan terkait penjurusan di tingkat SMA tersebut lantaran terkesan mendadak. Menurutnya perubahan kebijakan harus dipikirkan secara matang.
"Bukannya kalau ada aturan baru harusnya dipikirin baik-baik? Sekolah kan juga butuh persiapan. Apalagi anak kelas 11 kan udah setahun menjalani Kurikulum Merdeka. Nanti gimana tuh? Apa enggak rancu?," tambah Anna.
Anna meminta pemerintah tak buru-buru menerapkan kebijakan penjurusan di SMA. Menurutnya, pemerintah harus mengutamakan kebutuhan anak dalam mengenyam pendidikan.
"Dalam membuat kebijakan utamakan kepentingan anak-anak. Jadi harus matang gitu loh," ujar Anna.
Anna mengatakan, dirinya dan pihak orangtua siswa lainnya sudah mulai bertanya-tanya terkait penerapan penjurusan di SMA. Apalagi, anaknya sudah menjalani Kurikulum Merdeka selama satu tahun.
"Orangtua di grup sekolah juga jadi bingung. Cuma bisa pasrah dan masih nunggu penjelasan dari sekolah aja soal penerapannya gimana. Tapi kan sekolah juga nunggu dari Kemendikdasmen kan. Sementara ini sebentar lagi kenaikan kelas," kata Anna.
Baca juga: Kembalinya Jurusan di SMA, Orangtua: Kebijakan Mendadak Bikin Bingung
Sementara itu, Syafri (47) mengatakan, kebijakan yang berubah-ubah membuat pendidikan Indonesia berjalan di tempat. Pada kurikulum sebelumnya, lanjut Syafri, anak-anak sudah menempuh pendidikan yang cukup berat dan levelnya lebih tinggi.
"Tahun lalu Kurikulum Merdeka ini, ini anak SD saja sudah melakukan presentasi, karena dibuka selebarnyanya untuk mebuat presentasi, membuat makalah. Saya lihat pelajaran anak SD sudah mendekati anak SMP di Kurikulum Merdeka," kata Syafri kepada 优游国际.com di Jakarta, Senin siang.
Syafri pun mengaku tak tahu metode pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik saat penjurusan di SMA diterapkan. Menurutnya, kebijakan penerapan penjurusan ini akan mundur ke masa enam tahun yang lalu.
"Kebijakan yang berubah-ubah ini jadi bikin bingung. Saya enggak tahu kebijakan-kebijakannya. Pemerintah ini harus jelas mensosialisasikan kebijakan-kebijakan yang baru," ujar Syafri.