优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Maila Dinia Husni Rahiem
Dosen

Maila Dinia Husni Rahiem adalah Guru Besar di bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai akademisi dan pekerja kemanusiaan, Maila aktif meneliti ketahanan anak dan remaja serta kesiapsiagaan bencana yang menggabungkan nilai-nilai budaya dan agama. Pengalamannya luas, mulai dari mendampingi kesehatan mental remaja hingga program kesejahteraan sosial di masyarakat. Dengan pendekatan yang humanis dan berbasis komunitas, ia berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih kuat dan inklusif, serta mewujudkan pendidikan yang tidak hanya menginspirasi tetapi juga relevan dengan kebutuhan zaman.

Sekolah Ramah Mental: Investasi Generasi Masa Depan

优游国际.com - 12/11/2024, 17:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

APA arti sukses bila tak diiringi kesehatan mental yang baik? Bayangkan anak-anak kita tumbuh cerdas, tapi terperangkap dalam kecemasan dan stres.

Ironisnya, di tengah fokus kita pada pencapaian akademis, isu kesehatan mental kerap terabaikan, terutama di sekolah—tempat anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka.

Sekolah, yang seharusnya menjadi tempat aman, justru sering kali mengabaikan kebutuhan kesehatan mental siswa. Maka, kita perlu bertanya: sudahkah sekolah kita ramah terhadap kesehatan mental?

Mengapa kesehatan mental penting untuk sukses di sekolah?

Kesehatan mental adalah pondasi penting untuk belajar, berinteraksi sosial, dan pencapaian diri.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada 2022, satu dari tujuh anak di seluruh dunia mengalami gangguan mental, seperti kecemasan dan depresi.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa pada 2021, sekitar 6 persen anak-anak dan remaja menghadapi masalah kesehatan mental. Angka ini memperlihatkan kebutuhan mendesak untuk memperhatikan aspek ini di sekolah.

Namun, fokus pendidikan saat ini lebih pada nilai dan prestasi akademis, membuat kesehatan mental siswa sering kali terabaikan. Kurikulum yang padat dan tekanan dari lingkungan sekolah membuat siswa rentan terhadap stres, bahkan depresi.

Selain itu, ketidakseimbangan persebaran tenaga profesional kesehatan mental juga memperburuk kondisi ini.

Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2023, Indonesia hanya memiliki sekitar 25.000 guru bimbingan dan konseling untuk lebih dari 280.000 sekolah di seluruh negeri.

Ini berarti rata-rata hanya satu guru BK untuk setiap 11 sekolah. Jangankan untuk mendukung siswa secara individu, guru BK bahkan sulit mengawasi kesehatan mental siswa secara menyeluruh. Di daerah terpencil, akses ke layanan kesehatan mental praktis tidak ada.

Inspirasi dari sekolah ramah mental di berbagai negara

Di beberapa negara, sekolah-sekolah mulai mengintegrasikan pendekatan yang lebih ramah mental ke dalam kurikulum.

Misalnya, di Jepang, program kesehatan mental yang komprehensif mulai diterapkan pada 2021 di beberapa sekolah, berfokus pada keterampilan pengelolaan stres dan komunikasi interpersonal.

Meski baru dimulai, hasilnya menjanjikan dengan laporan penurunan kasus bullying dan peningkatan kepuasan siswa.

Namun, tantangan muncul dalam bentuk keterbatasan sumber daya dan pelatihan guru yang belum merata.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau