KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia sedang mengalami gelombang Fear of Missing Out atau FOMO memborong emas.
Hal itu diungkap oleh perencana keuangan Andy Nugroho pada Minggu (13/4/2025).
"Kalau dibilang FOMO yah bisa jadi FOMO. Tapi ini FOMO yang positif,” ucapnya, dikutip dari , Minggu.
Menurut Andy, tindakan FOMO membeli emas itu merupakan respons masyarakat atas gejolak perdagangan global yang berdampak pada Indonesia sehingga membuat nilai Rupiah melemah dan harga emas melejit.
Di sisi lain, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih saja turun di pekan kedua April 2025.
Akibatnya, investasi logam mulai menjadi salah satu instrumen investasi yang menjanjikan.
Terbukti, pantauan 优游国际.com pada Jumat (11/4/2025) menunjukkan adanya antrean panjang di depan butik emas di Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan.
Lantas, apa yang terjadi jika masyarakat FOMO membeli emas?
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini 13 April 2025, Hampir Rp 2 Juta per Gram
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, fenomena FOMO membeli emas bisa mengakibatkan logam mulia tersebut mengalami lonjakan permintaan.
Sesuai dengan hukum permintaan dalam prinsip ekonomi, semakin banyak suatu barang dicari, maka semakin tinggi pula harganya.
"Dengan adanya permintaan emas yang cukup meningkat memang kecenderungan harga emas naik," kata Bhima saat dikonfirmasi 优游国际.com, Minggu.
Meski demikian, dia mengatakan, untuk saat ini volatilitas emas batangan masih belum terlihat karena kondisi ekonomi masih memburuk.
Bhima menduga, tren beli emas akan membuat harga logam emas tersebut mencatatkan rekor baru hingga pengujung tahun 2025.
Terlebih lagi, Bhima mengatakan, apabila ekonomi benar-benar mengalami resesi global, maka akan mengakibatkan harga emas akan semakin tinggi dan harganya sulit untuk turun kembali seperti tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga Meroket, Apakah Sekarang Saat yang Tepat untuk Beli Emas?
Menurut Bhima, ada kecenderungan harga emas batangan akan terus naik sampai dengan Rp 2,5 juta per gram di akhir tahun 2025.