KOMPAS.com - Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pendiri Lippo Group, Mochtar Riady dan keluarga, di kediamannya, Solo, Jawa Tengah.
Pertemuan tersebut dibagikan Jokowi melalui unggahan akun Instagram pribadinya , Jumat (13/12/2024).
Di sebuah meja panjang, Jokowi yang mengenakan kemeja putih khasnya tampak duduk berhadapan bersama keluarga Riady yang kompak mengenakan busana batik.
"Saya menerima kehadiran Bapak Mochtar Riady, Bapak James Riady, Bapak John Riady beserta keluarga di kediaman. Khususnya Bapak Mochtar Riady yang di usia ke 95 tahun masih sehat dan berupaya untuk mampir ke Solo," tulis Jokowi.
Mochtar Riady adalah salah satu pengusaha yang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
Lantas, bagaimana profil dan harta kekayaan Mochtar Riady?
Baca juga: Daftar Orang Terkaya di Indonesia pada Akhir November 2024, Siapa Nomor 1?
Pria yang memiliki nama lain Lie Moe Tie ini merupakan pengusaha dan bankir Indonesia kelahiran Malang, Jawa Timur, pada 12 Mei 1929.
Dia adalah sosok pendiri Lippo Group, sebuah konglomerasi di bidang properti, ritel, dan bisnis lainnya, yang didirikan pada 1950-an.
Mochtar Riady juga merupakan pendiri Mochtar Riady Institute of Nanotechnology yang bergerak di bidang riset nanoteknologi di Tanah Air.
Dilansir dari , Rabu (16/3/2022), Mochtar Riady adalah anak dari Li A Pi (1898-1959) yang berasal dari Desa Sin Tian, Provinsi Hokkian, China.
Dikenal sebagai pengusaha dan bankir andal, Mochtar ternyata memang bercita-cita menjadi bankir karena terpesona dengan gedung-gedung megah bergaya Eropa saat pergi ke sekolah.
Baca juga:
Namun, saat Mochtar Riady berusia 20-an tahun, dia malah menjadi pengelola toko milik mertuanya di Jember, Jawa Timur.
Dalam memoarnya, Otobiografi Mochtar Riady: Manusia Ide (2016), Mochtar Riady memutuskan untuk meninggalkan toko dan memilih hijrah ke Jakarta demi meraih mimpinya.
Kendati demikian, kesempatan untuk menjaga pegawai bank tak langsung datang. Di Jakarta, dia pun memutuskan untuk berbisnis.
Sayangnya, berbisnis di zaman demokrasi liberal (1950-1959) bukan hal mudah bagi para keturunan sepertinya.