KOMPAS.com - Sebuah momen bersejarah pernah tercipta di Lapangan Dirgantara Yogyakarta, pada 10 Oktober 1989 silam.
Kala itu, Paus Yohanes Paulus II, dalam kunjungannya ke Indonesia, memimpin Perayaan Ekaristi Agung yang dihadiri ribuan umat Katolik.
Salah satu tokoh yang memiliki kenangan mendalam terkait peristiwa ini adalah Gandung Sukardi, Wakil Sekretaris Panitia Penyambutan Paus saat itu.
Gandung dengan penuh semangat bercerita sambil mengingat masa-masa persiapan kunjungan Bapa Suci tersebut.
Baca juga:
Gandung bercerita, kepanitiaan telah dibentuk tiga bulan sebelum Paus tiba.
Struktur panitia terdiri dari dua komite utama, yaitu steering committee dan organizing committee, yang masing-masing memiliki pengurus inti, seksi, hingga sub-seksi.
Bahkan, panitia khusus juga disiapkan untuk mendampingi tamu dari Vatikan.
"Kami mempersiapkan semuanya dengan detail, termasuk tim liturgi yang dibagi lagi untuk prodiakon, putra altar, koor, dan lain-lain," kenang Gandung, di kediamannya di Minggir, Sleman, Yogyakarta, seperti dikutip dari TribunJogja.com.
Panitia juga melibatkan Pemuda Katolik untuk mengawasi jalannya kegiatan di setiap seksi dan sub-seksi.
Dua bulan menjelang kedatangan Paus, Pangdam dan pemerintah meminta agar umat yang ingin mengikuti misa didata secara detail demi menjaga keamanan.
"Selama dua bulan sebelum acara, umat dari Keuskupan Purwokerto, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Malang, dan Keuskupan Surabaya mulai mendaftar untuk ikut misa," ujar Gandung.
Laporan perkembangan pun secara berkala disampaikan kepada pihak Kodam, Korem, dan Kodim.
Baca juga: Kisah Paus Benediktus, Saat Muda Pernah Menentang Nazi dan Menjadi Tawanan Perang
Meskipun persiapan sangat melelahkan, Gandung merasa energi yang terkuras seolah tidak terasa.
“Hampir saya tidak tidur, tapi rasanya tidak capek atau tegang,” kenangnya.
Pada hari pelaksanaan, umat yang hadir dikelompokkan berdasarkan warna-warna tertentu untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Sebagai contoh, umat dari Keuskupan Purwokerto diberi atribut warna biru seperti pita, topi, dan teks.
Warna yang berbeda-beda ini memudahkan pengawasan dan memastikan keamanan tetap terjaga.
Baca juga: Kisah dan Makna di Balik Sepatu Merah yang Dipakai Paus Benediktus XVI
Menurut Gandung, banyak umat sudah tiba sejak pukul 4 pagi, meskipun misa baru dimulai pukul 10.
Mereka dengan tertib mengikuti arahan parkir di sekitar bandara, berjalan jauh dengan teratur, dan tidak ada kericuhan.
Saat Paus Yohanes Paulus II tiba di Bandara Adisutjipto, suasana berubah menjadi penuh sukacita.
Paus disambut oleh para romo, Kardinal Julius Darmoatmojo, Sripaduka Pakualam VIII, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
Umat menyambutnya dengan mengibarkan bendera kecil-kecil berwarna Merah Putih dan kuning, serta meneriakkan yel-yel penuh antusiasme.
Paus pun berkeliling di tengah-tengah umat menggunakan jip terbuka, disambut dengan tertib.
Begitu Paus tiba di altar, suasana langsung hening, semua terdiam," ujar Gandung.
Pangdam yang bertugas pun mengakui betapa tertibnya umat Katolik yang menghadiri peristiwa bersejarah tersebut, meskipun sempat ada kekhawatiran adanya gangguan.
Baca juga: Kisah Lidia Bastianich, Koki yang Pernah Memasak untuk Paus Fransiskus dan Benediktus XVI