KOMPAS.com - Program makan siang di sekolah sudah dirintis di Jepang sejak tahun 1889.
Tidak seperti anak-anak sekolah di negara lain yang membawa bekal mandiri dari rumah, murid di Jepang mendapatkan menu makan siang dari sekolah.
Dilansir dari laman , program ini tercatat pertama dilakukan di Prefektur Yamagata untuk anak-anak keluarga kurang mampu yang duduk di bangku sekolah dasar.
Baca juga: 5 Tanda Gagal Ginjal yang Terlihat pada Kaki, Kenali Cirinya
Melihat manfaatnya, pemerintah kemudian memberlakukan School Lunch Program Act, aturan program makan siang pelajar pada 1954.
Jepang memiliki konsep teori pendidikan makanan bernama shokuiku, yang dicanangkan pada 2005.
Pada 2008, dalam pembaharuan School Lunch Program Act, pemerintah secara resmi menetapkan kegiatan kyushoku, yang merupakan bentuk pengaplikasian shokuiku saat jam makan siang.
Tujuan utama kegiatan tersebut adalah mengembangkan kesehatan badan dan pikiran, serta mengaplikasikan ilmu makanan yang sudah diberikan terperinci oleh guru di kelas.
Baca juga: Program Makan Siang Gratis Prabowo, Siapa Saja yang Dapat dan dari Mana Uangnya?
Menu makan siang di sekolah Jepang tidak terbuat dari bahan-bahan beku atau makanan cepat saji.
Di banyak sekolah, bahan makan siang dibuat dari awal dengan persiapan sederhana dilengkapi manajemen kebersihan dan nutrisi di fasilitas memasak.
Baca juga: Guru Minta Siswa Gambar Alat Kelamin, Dedi Mulyadi: Besok Saya Berhentikan
Pedoman nutrisi dasar terkait makan siang di sekolah ditetapkan melalui School Lunch Program Act alias Undang-Undang Program Makan Siang Sekolah.
Namun, peraturan tersebut sangat minim dan tidak memiliki pedoman kalori yang akurat untuk anak-anak sekolah.
Sebagai gantinya, tim ahli gizi di banyak sekolah kerap membuat resep dengan mempertimbangkan keseimbangan nutrisi dalam menu makanan.
Baca juga: 5 Tanda Kerusakan Ginjal yang Bisa Dilihat di Kaki, Apa Saja?
Tak jarang, sekolah telah menyiapkan menu makan siang untuk jangka waktu satu bulan, seperti yang dipraktikkan di Sekolah Dasar St Dominic’s Institute di Okamoto, Setagaya, Tokyo, Jepang.
Pantauan 优游国际.com, Rabu (24/5/2023), tim ahli gizi sekolah kala itu menyiapkan menu utama berupa sepiring nasi kari daging khas Jepang berisi campuran daging, wortel, kentang, bawang bombai, dan kuah coklat kental.
Menu tersebut ditemani salad sayur, camilan crepes stroberi, yoghurt, serta minuman probiotik.
Bukan hanya hidangan lokal, anak-anak juga diberi kesempatan untuk mencicipi menu makanan internasional.
Berbagai rasa mulai dari asin, manis, asam, dan pedas juga diajarkan pada anak, sehingga mereka memiliki pengalaman kuliner yang beragam.