KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengakhiri sesi terakhir debat kelima Pilpres 2024 dengan meminta maaf kepada dua lawan politiknya dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Saya atas nama Prabowo-Gibran dan atas nama Koalisi Indonesia Maju minta maaf kepada paslon 1 Pak Anies-Pak Muhaimin dan paslon 3 Pak Ganjar dan Pak Mahfud seandainya dalam kampanye ini ada kata-kata kami atau perbuatan kami yang kurang berkenan," ujar Prabowo, Minggu (4/2/2024) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat.
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mohon maaf kepada KPU seandainya kami juga bertindak yang kurang," lanjutnya.
Selain itu, Prabowo juga menyampaikan terima kasih kepada semua presiden Indonesia yang disebutnya sebagai putra-putri terbaik bangsa Indonesia.
Lantas, apa makna di balik permintaan maaf Prabowo pada akhir debat kelima Pilpres 2024?
Baca juga: Debat Pilpres 2024 Berakhir, Ini Respons Anies, Prabowo, dan Ganjar
Pengamat komunikasi politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo mengatakan, permintaan maaf Prabowo pada akhir debat mengindikasikan keyakinannya untuk memenangi Pilpres 2024.
"Ini bisa diartikan sebagai deklarasi kemenangan bahwa 'sorry guys, gue menang'," ujarnya saat dihubungi 优游国际.com, Senin (5/2/2024).
Tak hanya itu, permintaan maaf tersebut juga dapat diartikan sebagai upaya menarik simpati masyarakat agar memilihnya.
Pasalnya, hal itu bisa menampilkan citra bahwa Prabowo sebagai sosok yang gentle, sangat sopan, dan santun karena bersedia meminta maaf lebih dulu ke lawan politiknya.
"Itu jadi closing statement yang oke sih," nilai Kunto.
Ia menuturkan, permintaan maaf Prabowo juga dapat membentuk citra sebagai seorang negarawan.
Prabowo, lanjut dia, berusaha memanfaatkan permintaan maaf tersebut untuk menawarkan dirinya sebagai negarawan yang lebih berterima kasih dan suka meminta maaf.
"Ini jelas hubungannya dekat dengan pemilu. Di sini, Prabowo ingin menarik simpati, kemudian bilang 'gue menang', dan paling tidak menarik penonton debat bergeser pilihannya karena sekarang ada opsi Prabowo yang negarawan," tambah Kunto.
Baca juga: Jadi Salah Satu Program Prabowo-Gibran, Mengapa Bidang STEM di Indonesia Perlu Dikembangkan?
Menurutnya, pemilik hak suara pada Pilpres 2024 terbagi menjadi tiga kelompok, yakni sudah menentukan pilihan, belum menentukan pilihan, dan pemilih yang bisa berubah pilihannya.