KOMPAS.com - Lini masa media sosial X ramai memperbincangkan gaji pekerja lulusan SMA dan S1 yang sama-sama senilai upah minimum.
Topik ini bermula dari unggahan akun @worksfess, Sabtu (20/2/2024). Pengunggah mempertanyakan bayaran lulusan SMA dan S1 yang setara upah minimum.
"Wdyt Tentang Gaji tamatan SMA & S1 Sama sama UMR? Jadi pembedanya apa?" tulis pengunggah.
Baca juga: Letjen Kunto Dimutasi, Usai Try Sutrisno Disebut dalam Forum Purnawirawan
Menanggapi unggahan, sejumlah warganet mengatakan bahwa jenjang karier lulusan sarjana atau S1 lebih terbuka dibandingkan tamatan sekolah menengah.
"Kesempatan berkarir lebih tinggi ada di sarjana," kata pengguna @arieefrahmann__.
"S1 jenjang karirnya cepet sedangkan sma ya gue akuin agak lamban," komentar akun @Ccookk_.
Hingga Rabu (24/1/2024) siang, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 161.400 kali, disukai 780 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 90 warganet.
Lantas, mengapa pekerja lulusan SMA dan S1 sama-sama digaji upah minimum? Apa pembedanya?
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Sekjen Kemenaker), Anwar Sanusi menegaskan, upah minimum bukan dilihat dari latar belakang pendidikan pekerja.
"Peruntukan upah minimum bagi para pekerja bukan dilihat dari latar belakang pendidikannya, tapi upah minimum diberlakukan untuk pekerja dengan masa kerja kurang dari satu tahun," jelas Anwar, saat dihubungi 优游国际.com, Rabu (24/1/2024).
Baca juga: 23 Tanda Kanker yang Bisa Dilihat di Malam Hari, Apa Saja?
Dia menegaskan, pekerja, baik lulusan SMA maupun S1 dengan masa kerja satu tahun atau lebih, ukuran gaji didasarkan pada produktivitas.
Gaji berbasis produktivitas tersebut artinya menggunakan pengaturan struktur dan skala upah yang berlaku di perusahaan masing-masing.
Pada tingkat ini, menurut Anwar, kompetensi seorang pekerja menjadi salah satu ukuran yang penting.
Dengan demikian, latar belakang pendidikan tidak selalu menjadi ukuran untuk menentukan besaran upah berbasis produktivitas.
"Tapi ada faktor lainnya yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan besar kecilnya upah," tutur Anwar.
Baca juga: Marak Fenomena Joki, Pengamat Sebut Kombinasi Capaian Nilai dan Mental Menerobos