KOMPAS.com - Konflik Hamas-Israel di Gaza sudah berlangsung selama satu bulan sejak 7 Oktober 2023.
Ini bermula ketika kelompok Hamas melancarkan serangan secara tiba-tiba ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi melalui Operasi Badai Al Aqsa.
Menurut Hamas, serangan ini sebagai respons atas semua kekejaman yang dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade.
Isael kemudian merespons serangan tersebut dengan mendeklarasikan perang pada Minggu (8/10/2023) dan memblokade semua kebutuhan dasar warga Gaza.
Akibatnya, terjadi kekacauan dan krisis kemanusiaan luar biasa di Jalur Gaza.
Namun, tak ada tanda-tanda konflik ini akan mereda meski korban sipil terus berjatuhan hari demi hari.
Baca juga: Proyek Ambisius Israel, Berencana Bangun Tandingan Terusan Suez yang Lewati Gaza
Hingga hari ini, sebanyak 10.022 warga Palestina menjadi korban jiwa terhitung sejak 7 Oktober di Jalur Gaza, sementara korban di Tepi Barat mencapai 152.
Mayoritas dari korban adalah wanita dan anak-anak, berdasarkan data Kementerian Kesehatan.
Sementara di pihak Israel, 1.400 orang menjadi korban pada periode yang sama, dikutip dari Aljazeera.
Tak hanya itu, konflik tersebut juga mengakibatkan lebih dari 100 serangan terhadap fasilitas layanan kesehatan.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan, 88 pekerjanya juga turut menjadi korban.
Ini merupakan jumlah kematian tertinggi yang pernah tercatat di PBB dalam satu konflik.
Baca juga: Mengenal Perbatasan Rafah, Pintu Utama Evakuasi Warga Gaza ke Mesir di Tengah Konflik Hamas-Israel
Sebagian besar penduduk dunia menggelar aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina dan meminta Israel untuk segera menghentikan serangan.
Pasalnya, serangan itu kerap menyasar warga sipil yang tak berdaya dan tak bersalah.