KOMPAS.com - Gula sering kali digunakan sebagai pengganti Monosodium Glutamat (MSG) untuk menyedapkan masakan.
Penambahan sejumput gula ke makanan dimaksudkan untuk memberikan cita rasa umami di sajian masakan.
Gula sebagai bumbu kerap digunakan oleh mereka yang ingin mengurangi penggunaan MSG.
Namun, belakangan beredar narasi bahwa gula justru lebih berbahaya bagi kesehatan tubuh dibandingkan dengan MSG.
"Gula pasir lebih berbahaya dari MSG," tulis salah satu pengguna .
Lantas, benarkah penggunaan gula di dalam makanan lebih membahayakan tubuh dibanding MSG?
Dokter spesialis gizi klinik dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospital Jakarta Selatan, Inge Permadhi, mengatakan penambahan gula ke dalam masakan memberikan rasa gurih.
Gula yang dimaksud adalah gula pasir dan gula jawa.
Penambahan gula pasir atau gula jawa dan garam ke dalam masakan akan menyempurnakan rasa gurih. Tak heran, gula kerap digunakan sebagai pengganti MSG.
Menurut Inge, penggunaan gula untuk masakan tidak memiliki dampak yang berarti bagi tubuh. Sebab, penggunaannya hanya dalam takaran yang sedikit.
"Jadi kalau penggantian MSG diganti dengan gula dan garam, saya (pikir) tidak jadi masalah," kata dia saat dihubungi 优游国际.com, Rabu (13/9/2023).
Inge menegaskan, penggunaan gula ke dalam masakan tidak membahayakan kesehatan.
"Tidak (berbahaya). Karena hanya sebagai bumbu, tidak apa-apa," terang Inge.
Baca juga: Beberapa Efek Negatif Menambahkan Gula ke Dalam Kopi
Ketua DPP Bidang Ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Marudut Sitompul mengatakan, penambahan MSG ke makanan dapat meningkatkan rasa umami.
Sejauh konsumsinya masih dalam batas aman, Marudut memastikan MSG tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, MSG memiliki kadar natrium yang lebih rendah daripada garam