KOMPAS.com - Memiliki pasangan gemar selingkuh atau tidak setia menjadi momok bagi semua orang. Banyaknya kasus perselingkuhan yang menimpa hubungan juga menghantui pasangan lain.
Perselingkuhan kerap disebut sebagai penyakit yang suatu saat akan kambuh lagi. Untuk itu, kebiasaan selingkuh umumnya tidak mudah hilang.
Saking sulitnya hilang, ketidaksetiaan yang dimiliki seseorang layaknya zat yang masuk ke tubuh dan mendarah daging.
Namun, apakah faktor genetik memang menyebabkan seseorang lebih mudah selingkuh?
Baca juga: Mengapa Seseorang Bisa Selingkuh?
Ternyata, kebiasaan selingkuh memang bisa jadi dipengaruhi oleh gen hasil warisan genetik.
Dikutip dari , ada sebuah gen "ketidaksetiaan" bernama D4 polymorphism atau DRD4.
Gen ini berperan dalam pembuatan dopamin, hormon yang diproduksi otak saat seseorang gembira atau senang.
DRD4 juga berhubungan dengan perilaku mencari sensasi, pergaulan bebas, dan perselingkuhan.
Setiap orang lahir membawa DRD4. Namun, bakat perselingkuhan ditentukan oleh varian serta ukuran dari gen DRD4.
Merujuk penelitian terhadap 181 responden dalam (2010), menunjukkan bahwa orang dengan 7R+ atau variasi gen DRD4, cenderung melakukan perselingkuhan atau pergaulan bebas.
Baca juga: Hobi Bermalas-malasan Ternyata Diturunkan secara Genetik, Ini Penjelasannya
Ada gen yang bisa memengaruhi kecenderungan seseorang untuk selingkuh dan tidak.
Sebanyak 50 persen dari responden dengan 7R+ tidak setia terhadap pasangannya. Sementara itu, hanya 22 persen dari para responden tanpa 7R+ yang tidak setia.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa individu dengan varian gen DRD4 tertentu lebih cenderung memiliki riwayat seks tanpa komitmen," ujar peneliti.
Menurut peneliti, motivasi ketidaksetiaan itu berasal dari kesenangan di mana hormon dopamin dilepaskan.
Mereka yang memiliki alel DRD4 lebih panjang akan cenderung mencari tantangan untuk meningkatkan asupan dopamin.
Tantangan tersebut, salah satunya dengan menjalin hubungan lain di luar hubungan resmi.