KOMPAS.com - Perang saudara di Kerajaan Majapahit dikenal dengan Perang Paregreg.
Perang saudara di Kerajaan Majapahit terjadi setelah berakhirnya kekuasaan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389), tepatnya pada tahun 1404 hingga 1406.
Perang Paregreg terjadi antara Raja Wikramawardhana, yang memerintah setelah Prabu Hayam Wuruk, melawan Bhre Wirabhumi.
Bhre Wirabhumi adalah putra Hayam Wuruk dari salah satu selir, yang menguasai istana timur.
Perang Paregreg terjadi karena perselisihan antara Bhre Wirabhumi dengan Wikramawardhana, menantu Hayam Wuruk, yang menguasai ibu kota Majapahit (istana barat).
Perang Paregreg yang terjadi pada Kerajaan Majapahit dimenangkan oleh Raja Wikramawardhana, setelah pasukannya berhasil menguasai istana timur dan membuat Bhre Wirabhumi melarikan diri, kemudian dibunuh.
Banyak dampak Perang Paregreg terhadap Kerajaan Majapahit. Bahkan beberapa sejarawan berpendapat perang ini menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Berikut ini beberapa dampak terjadinya Perang Paregreg bagi Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Perang Paregreg, Perang Saudara Penguasa Majapahit
Salah satu akibat Perang Paregreg adalah banyak daerah kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri.
Meski istana timur bersatu dengan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Mojokerto, peperangan membuat banyak wilayah kekuasaan Majapahit berani melepaskan diri.
Bahkan wilayah yang melepaskan diri tidak hanya di Jawa, daerah kekuasaan Majapahit di luar Pulau Jawa juga melakukan hal yang sama.
Peristiwa ini tentunya membuat wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit menyempit.
Perang Paregreg yang terjadi selama dua tahun memakan korban yang sangat banyak.
Para korban yang berjatuhan, terutama dari kalangan prajurit. Di samping itu, sebanyak 170 orang China turut menjadi korban perang.
Baca juga: Perbedaan Perang Paregreg dan Perang Bubat
Jatuhnya korban dari kalangan orang China membuat Wikramawardhana harus ganti rugi dalam jumlah yang besar.