优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Al Makin
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga

Al Makin adalah Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan-tulisannya dalam bentuk artikel dan buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris, antara lain: Momong Kampus (2020); Membela yang lemah (2020), Challenging Islamic Orthodoxy (2016), Nabi-Nabi Nusantara (2016); Antara Barat dan Timur (2014) Keragaman dan Perbedaan (2015). Perhatian risetnya pada bidang agama, sosial, politik, sejarah, dan seni, dengan tema Pancasila, keragaman, hubungan antaragama, minoritas, gerakan agama baru, dan lain-lain. Menjabat sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga 2020-2024, anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia), editor jurnal internasional Al-Jamiah. Al Makin menjadi dosen dan peneliti tamu di berbagai negara: Jerman, Singapura, Australia, dan Kanada. Sebagai pelukis, Al Makin sering partisipasi dalam berbagai pameran dan mengadakan pameran tunggal. Silakan cek di website: https://id.wikipedia.org/wiki/Al_Makin; https://scholar.google.co.id/citations?user=npbUTjwAAAAJ&hl=en

Patronase Ilmu dan Seni

优游国际.com - 09/12/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

ILMU dan seni tidak berdiri sendiri. Keduanya membutuhkan penopang yang mendukungnya. Faktor sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dan politik memegang peranan kebangkitan keduanya.

Ilmu dan seni tidak bisa begitu saja dibiarkan lalu berkembang dan maju. Yang sukses dalam bidang ekonomi dan politik mempunyai kewajiban menopangnya, akibatnya pada nasib bangsa.

Gelagat bangsa bisa diukur dari keduanya, seni dan ilmu. Keduanya adalah investasi jangka panjang keemasan nasib bangsa.

Peradaban-peradaban maju digerakkan oleh ilmu dan seni, baik era pra-modern maupun saat ini era globalisasi digital. Bentuknya bisa berbeda-beda.

Zaman berubah, manusia beradaptasi dengan ciptaan-ciptaannya, gaya hidup menyesuaikan dan mengejar kondisi yang tidak sama.

Di era kuno dan klasik, kemajuan kerajaan dan dinasti selalu didahului penaklukan militer. Yunani, Romawi di Eropa, Umayyah di Suriah, Abbasiyah di Baghdad, Mongol di Asia, Majapahit dan Sriwijaya di Nusantara menaklukan daerah-daerah di sekitarnya.

Kemajuan diperoleh dengan menundukkan kekuatan-kekuatan lain dan menjadikan kekuatan pusat mengatur wilayah-wilayah sekitarnya.

Kebudayaan, berupa seni dan ilmu, yang berkuasa mendominasi. Wilayah sekitar mengikuti.

Kekuatan militer dan ilmu sering bersama. Senjata-senjata yang digunakan dalam perang hasil dari kemajuan teknologi, baik kuno, klasik atau pun modern.

Setelah kemenangan perang, bangsa yang unggul akan mengembangkan ilmu dan seni. Kekuatan lunak ini yang menjadikan bangsa itu menguasai dunia.

Dinasti Abbasiyah di Baghdad memberikan patronase ilmu dan seni dengan komitmen tinggi. Para khalifah melindungi para ulama (ilmuwan) segala bidang.

Para filosof, ahli bahasa, tabib, ahli teologi, astronomi, geografi, kimia, biologi berada dalam perlindungan para khalifah.

Konon dalam banyak anekdot, para penguasa memberi emas bongkahan seberat buku-buku yang dihasilkan para penulis.

Bayangkan berapa kilo emas penulis dapat dari kitab-kitab mereka. Para penulis zaman itu menghasilkan karya yang tebal-tebal dan berjilid-jilid.

Hadiah-hadiah dari para khalifah, wazir, dan gubernur digunakan para ilmuwan untuk mengembangkan gagasan mereka kembali.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau