KOMPAS.com - Gerakan Non Blok (GNB) adalah organisasi internasional yang membawahi 120 negara di dunia dan menganggap diri mereka tidak beraliansi dengan kekuatan besar mana pun alias netral.
Salah satu negara yang memiliki peran penting dalam Gerakan Non Blok adalah Indonesia.
Lantas, apa saja peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok?
Baca juga: Alasan Indonesia Berkontribusi dalam Gerakan Non-Blok
GNB berawal pada 1950-an sebagai upaya beberapa negara untuk menghindar dari polarisasi dunia atas terjadinya Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Dalam Perang Dingin, baik AS atau Uni Soviet saling berebut pengaruh dengan target utama negara-negara berkembang yang baru merdeka, seperti Indonesia dan India.
Kondisi ini yang kemudian mendorong Perdana Menteri India masa itu, Jawaharlal Nehru, dan beberapa pemimpin negara lain, termasuk Indonesia, mencetus berdirinya Gerakan Non Blok.
Baca juga: Ternyata Sudah Resmi Cerai Tiga Tahun Lalu, Adjie Pangestu Tegaskan Tak Mau Ada Keributan
Tujuan utama dari Gerakan Non Blok adalah mendukung hak untuk bisa menentukan nasib sendiri, kedaulatan, kemerdekaan nasional, dan integritas nasional.
Oleh sebab itu, Indonesia dan negara anggota GNB lainnya tidak ingin mendapat pengaruh dari negara lain, seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Baca juga: Peran Aktif Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika
Sebelum mendeklarasikan GNB, para pemimpin negara berkembang lebih dulu mengadakan empat pertemuan.
Salah satu pertemuannya diadakan di Indonesia, tepatnya Bandung, Jawa Barat, sejak 18-24 April 1955.
Pertemuan ini disebut dengan Konferensi Asia Afrika (KAA).
Pertemuan KAA di Bandung dihadiri oleh para pemimpin dari 29 negara berkembang di Asia-Afrika yang menjadi tonggak lahirnya GNB.
Lalu, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Yugoslavia yang berlangsung pada 1-6 September 1961, secara resmi GNB dibentuk.
Baca juga: 5 Tokoh Pendiri Gerakan Non-Blok
Sejak 1992 hingga 1995, Indonesia sempat ditunjuk sebagai pemimpin Gerakan Non Blok, ketika Presiden Soeharto sedang menjabat.
Selain itu, Indonesia juga sempat menjadi tuan rumah KTT dan GNB ke-10 yang diadakan pada 1-6 September 1992.
Dalam pertemuan KTT dan GNB lahirlah Jakarta Message atau Pesan Jakarta.
Baca juga: 7 Tanda Penyumbatan Pembuluh Darah di Otak, Kenali Sebelum Terlambat
Secara garis besar, isi dari Pesan Jakarta adalah mendukung kemerdekaan Palestina, meminta diskriminasi diakhiri di Afrika Selatan, dan menolak penggunaan senjata nuklir.
Sebelum itu, pada 1991, Indonesia juga berusaha membantu mendamaikan ketegangan yang terjadi di Yugoslavia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.