KOMPAS.com - Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah bagi umat Islam. Selain sebagai kewajiban, puasa di bulan ini memiliki makna yang sangat dalam. Namun, tahukah kamu bahwa puasa di bulan Ramadhan memiliki 3 tingkatan puasa yang berbeda?
Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan puasa yang mencerminkan kedalaman penghayatan seseorang terhadap ibadah puasa.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin (489 H), puasa memiliki tiga tingkat yakni:
Berikut adalah penjelasan mengenai 3 tingkatan orang yang berpuasa.
Baca juga: 2 Rukun Puasa, Niat dan Menahan Diri dari Hal yang Membatalkan Puasa
Tingkatan pertama disebut Shaumul ‘Am, yaitu puasa orang biasa. Puasa pada tingkatan ini hanya sekadar menahan lapar, haus, dan hubungan suami istri.
Menurut Rusdiana dalam buku Oase Ramadhan: Bungan Rampai Materi Kultum Ramadhan 1445 H (2024), meskipun ini adalah bentuk puasa yang wajib, pada tingkatan ini, seseorang belum memperhatikan hal-hal lain yang dapat mengurangi nilai puasa.
Orang yang berpuasa pada tingkatan ini hanya berpuasa secara lahiriah, tanpa menjaga lisannya, penglihatannya, dan hatinya. Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan apapun dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga saja." (HR. Ahmad).
Hadis ini menggambarkan bahwa puasa semacam ini hanya memberikan manfaat fisik, yakni menahan lapar dan haus, namun tidak mendatangkan pahala yang lebih dalam karena tidak diiringi dengan penjagaan terhadap anggota tubuh lainnya.
Baca juga: 4 Golongan Orang yang Merugi di Bulan Ramadhan, Jangan Sampai Termasuk
Pada tingkatan ini, meskipun seseorang menjalankan ibadah puasa secara formal, mereka belum mencapai tingkat kedalaman rohani yang lebih tinggi.
Puasa hanya menjadi ritual tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan spiritual yang lebih mendalam.
Tingkatan kedua adalah Shaumul Khusus, atau puasa orang istimewa. Pada tingkatan ini, puasa seseorang bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.
Artinya, selain menghindari makanan dan minuman, seseorang juga menjaga pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh tubuhnya dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa.
Misalnya, berbohong, bergosip, mengadu domba, memandang dengan nafsu, dan bersumpah palsu. Rasulullah SAW menjelaskan:
"Ada lima hal yang menyebabkan nilai-nilai puasa batal: berbohong, menyebut kejelekan orang, mengadu domba, memandang dengan nafsu, dan bersumpah palsu." (HR. Ahmad).
Baca juga: Apakah Menelan Dahak Membatalkan Puasa? Simak Penjelasan Lengkapnya