KOMPAS.com - Jika mendengar tentang Mesir apa yang terpikir di otakmu? Piramida, gurun pasir, Firaun, atau cuaca yang sangat panas?
Kamu pasti tidak membayangkan adanya pertanian di daerah panas dan kering seperti mesir. Mesir merupakan daerah yang sangat kering dengan curah hujan rendah dan suhu yang panas.
Dilansir dari Climates to Travel, Kota Kairo Mesir hanya memiliki curah sebesar 25 mm per tahunnya. Berbeda sekali dengan Indonesia yang satu harinya memiliki curah hujan 20 hingga 100 mm/hari. Jari satu hari air hujan di Indonesia hampir sama dengan jumlah setahun air hujan di Mesir.
Lalu bagaimanakah Mesir dapat melakukan pertanian jika hujan saja sangat jarang turun?
Baca juga: Mesir: Negara Pertama Mengakui Kemerdekan Indonesia
Hingga saat ini Mesir masih mengandalkan sungai nil sebagai faktor utama yang mendukung pertanian. Lembah-lembah di sekitar sungai Nil merupakan daerah yang subur karena selalu terpenuhi pasokan airnya sepanjang waktu.
Dilansir dari Infomineo, aliran Sungai Nil dibendung dalam suatu bendungan raksasa yang disebut dengan Aswan High Dam. Saking besarnya Aswan High Dam dapat membenung aliran Sungai Nil selama satu tahun penuh dan menjadi pasokan air terbesar di Mesir.
Pasokan air dalam bendungan tersebut diatur distribusinya karena mewakili 82,59 persen dari total pasokan air yang dimiliki Mesir. Dengan adanya Aswan High Dam, Mesir dapat membudidayakan beras, kapas, jagung, gandung, tebu, buah-buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan.
Ke depannya, pertanian di Mesir akan terus dikembangkan baik secara teknologi, pembiayaan, perairan, dan pembukaan lahan pertanian baru. Pemerintah Mesir bahkan menganggarkan anggaran dalam jumlah besar dan juga bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Eropa dalam pengembangan pertaniannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.